senyummu bahagiaku | 21.06 |
komentar (0)
Filed under:
|
Senyummu bahagiaku Senyum adalah pesan kebahagiaan yang paling cepat sampai ke hati …….. Jangan menunggu bahagia tuk bisa tersenyum, tapi tersenyumlah untuk menjemput kehagiaan ………………… Karena senyummu adalah tanda ketabahan…… Jika kau tersenyum maka kebahagiaan akan dating menjemputmu Karena senyum adalah ikatan yang paling kuat diantara dua orang. Yang tidak mudah untuk terlepas dan terpecahkan oleh apapun. Memang sangat tidak mudah untuk melalkukan itu semua Akan tetapi kita bisa memulainya dari sekarang Lakukanlah mulai dari sekarang, jangan menunggu orang lain yang duluan melakukannya, karena memulai pekerjaan yang baik adalah yang akan menjadi yang terbaik, Yakinlah bahwa semua perjuangan tidak akan yan sia-sia Pasti ada hikmah besar yang terkandung daqn terselubung di dalamnya. Senyummu adalah bahagia ku, Aku yakin kamu pasti bisa memulainya, memulai dari hal-hal yang terkecil untuk membuat perubahan dan akan berlanjut ke hal yang akan lebih besar lagi. Yakin kan dalam hati dengan kuat bahwa aku pasti bisa membuat perubahan, perubahan dari yang kuper menjadi super dengan tetap meestarikan budaya tersenyum,, Akan sangat banyak orang yang bahagia jika kau bahagia,,,,,,,,,,,,,,,, Namun yang sedih bisa di hitung dengan jari…............ Tabahkan selalu hatimu, menghadapi semua tantangan dan rintangan zaman yang bisa membawa dan menjerumuskan kita ke hal-hal yang kurang baik dan kurang bermanfaat. Tetaplah menjadi yang terbaik di atas yang terbaik. Karena kau penerus bangsa ini................... Berjuanglah melawan semua tantangan zaman..,,.,.,.,,.,, Syifa_saronggi@yahoo.com
05.13 | |
Filed under:
|
Wahai tuhan kami yang menancapkan untuk kami tanaman dzikir Mengalirkan sungai-sungai munajat Dan membuatkan untuk kami hari-hari raya yang di dalamnya ada pertemuan-pertemuan manusia. Serta mendirikan untuk kami dikalangan mereka yang bertakwa Kami dating dengan sengaja padamu dengan penuh dengan harapan pada Mu Dan dengan lisan yang basah karena berdo’a kepadaMu Hati kami telah penuh dengan dosa-dosa yang sangat kami sesali jika engkau memberi kami, kami terima Jika engkau tidak memberi kami, kami rela. Jika engkau tinggalkan kami, kami berdo’a Dan jika engkau menyeru kamu, kami sambut seruanmu Jangan jauhkan kami dari ridhoMu Ridoilah disetiap helaan nafas yang engkau berikan. karena setiap apa yang engkau berikan untuk manusia tidak ada yang sia-sia semuanya mempunyai manfaatnya masing-masing. Ridhoilah apa yang kami lakukan dan setiap langkah perjuangan kami. Kami hidup di dunia adalah untuk mencari ridho mu ya illahi Setiap lagkah dan alunan syahdu rinduku hanya tercurahkan untukmu Kami rindu ingin bertemu denganmu. Melihat paras wajah cahaya cinta dan kasih sayangmu. Kering sudah rasanya air mata bahagia ingin berjumpa dengan sang pencipta segala sesuatu. Tabahkan hati kami ya illahi. Beri cinta dan kasih sayangmu kepada setiap detik helaan nafas kami, Cinta dan rinduku tak bisa ku lepas kan hati lubuk hatiku yang paling dalam.
lakukan yang terbaik untuk segalanya. | 16.43 |
Filed under:
|
JAngan menunggu contoh baru bergerak mengikuti Tapi bergeraklah maka kamu akan menjadi contoh yang di ikuti. Jangan menunggu sukses, baru bersyukur Tapi bersyukurlah maka akan bertambah kesuksesanmu. Jangan menunggu bisa, baru melakukan Tapi lakukanlah, kamu pasti bisa. Para pecundang selalu menunggu bukti, Tapi para pemenang selalu menjadi BUKTI. Seribu kata akan di kalahkan oleh satu aksi yang nyata. Ini hari bebas… Bebas untuk berkaya, tidak aka ada penindasan, perampasan, pelecehan, maka berkryalah mulai dari sekarang. Lakukan perubahan besar, kita mulai dari diri sendiri, dan kita liat apa yang akan terjadi selanjutnya, orang akan berbondong-bondong mengikuti apa yang kita lakukan, tapi yang pasti apa yang kita lakukan tersebut tidak melenceng dan tetap dalam jalur yang baik dan baenar… SELAMAT BERKARYA WAHAI PARA ANAK BANGSA…. KAMU PASTI BISA… YAKUSA .. GO A HEAD….
titik sang DAMAI | 19.36 |
Filed under:
|
Titik Sang Damai Kala resah mulai menepi Tak ku rasa luka dan perih Memang kita agak jauh Tetapi tutur sapamu yang lembut membuat hatiku luluh Ku sadari semua ini Persaudaraan kini begitu arti Sanggahan sedihku adalah kau. Jadi, apalagi yg kau Tanya? Apalagi yang kau nanti? Sungguh kau camar di pagi hari yang selalu mengumandangkan Tenbang-tenbang embun pagi. Ku harap kau kan tahu Betapa aku hargai tutur sapamu Sebagai teman dan persaudaraan Aku tak akan pecahkan bulatan ini Aku tak akan lubangi gelombang ini Karena ini adalah titik dalam damaiku. Karya: syifaturrahmah
pengagumku | 19.35 |
Filed under:
|
PENGAGUMKU Di semilir gelintirnya cahaya sang fajar Ku tatap syahdu dengan mata berbinar Ku sambut pagi nan cerah Seraya menebar kembang mawar merah Ku titip salam untuk pengagumku Walau tak sempat untuk bertemu Tebaran senyum melemahkan jiwa Hati riang penuh canda tawa Kupu-kupu cinta bertebaran Menghiasi bunga kembang setaman Hatiku bertanya selalu Hatiku bertanya selalu Kapankah ku bisa membalas suratmu Wahai pengagumku. Karya : syifaturrahmah
suara hatiku | 19.35 |
Filed under:
|
SUARA HATI KU Mentari pagi membawa sinarnya Menggantikan gelapnya malam Hari ini menjadi hari bahagia Karena ku temukan pujaan hatiku Ku sambut nan pagi Di sambut hangat senyuman langit nan cerah Kaki melangkah ketaman bunga Di iringi nyanyian burung menggema sukma jiwa Ku buka sepucuk surat di tangan Yg berisik kata2 kenangan sejuta salam Dari pengagum denada Membuat hati bertanya-tanya Mungkin engkau disana Duduk terpaku, terpaku menanti balasan dariku Senyumlah wahai pengagum hati Kan ku titip salam lewat burung merpati Untuk mengobati rindu Rindu untuk bertemu Sang pujaan hati. Karya: syifaturrahmah
kata mutiara | 19.14 |
Filed under:
|
Kata mutiara Sukses adalah sebuah perjalanan bukan tujuan akhir. Para pemenag bukanlah mereka yg tidak memiliki masalah, mereka adalah orang yg belajar bagaimana menyelesaikan masalah mereka. Orang yg gagal dalam usahanya masih tetap lebih baik, daripada orang yang tidak berusaha sama sekali.
ILMU TAFSIR AL-QUR’AN | 17.27 |
Filed under:
|
A. Pengertian Tafsir Secara etimologi tafsir bisa berarti Penjelasan, Pengungkapan, dan Menjabarkan kata yang samar. Adapun secara terminologi tafsir adalah penjelasan terhadap Kalamullah atau menjelaskan lafadz-lafadz al-Qur’an dan pemahamannya. Ilmu tafsir merupakan ilmu yang paling mulia dan paling tinggi kedudukannya, karena pembahasannya berkaitan dengan Kalamullah yang merupakan petunjuk dan pembeda dari yang haq dan bathil. Ilmu tafsir telah dikenal sejak zaman Rasulullah dan berkembang hingga di zaman modern sekarang ini. Jadi, Secara umum Ilmu tafsir adalah ilmu yang bekerja untuk mengetahui arti dan maksud dari ayat-ayat al Qur’an. Pada waktu Nabi Muhammad masih hidup, beliau sendiri yang menjelaskan apa maksud dari ayat Al Qur’an, maka hadis Nabi disebut sebagai penjelasan dari al Qur’an. Setelah Nabi wafat, para sahabat berusaha menerangkan maksud al Qur’an bersumber dari pemahaman mereka terhadap keterangan nabi dan dari suasana kebatinan saat itu. Pada masa dimana generasi sahabat sudah tidak ada yang hidup, maka pemahaman al Qur’an dilakukan oleh para ulama, dengan interpretasi. Ketika itulah tafsir tersusun sebagai ilmu. B. MACAM-MACAM TAFSIR BERDASARKAN SUMBERNYA Pembagian Tafsir secara ilmiah, tafsir terbagi menjadi tiga bagian: - Tafsir bil-ma’tsur ( bir-riwayah ) - Tafsir bir-ra’yi ( bid-dirayah ) - Tafsirul isyari ( bil-isyarah ) - Tafsir bil Izdiwaji ( campuran ) 1. Tafsir bil-ma’tsur Adalah penafsiran Al Qur’an dengan Qur’an, atau dengan Hadits ataupun perkataan para Shahabat, untuk menjelaskan kepada sesuatu yang dikehendaki Allah swt. Mengenai penafsiran Al Qur’an dengan perkataan para Shahabat ketahuilah, bahwasanya Tafsir Shahabat termasuk Tafsir yang dapat diterima dan dijadikan sandaran. Karena para Shahabat (semoga Allah meridhoi mereka), telah dibina langsung oleh Rasulullah saw, dan menyaksikan turunnya wahyu serta mengetahui sebab-sebab diturunkannya ayat. Dan juga dikarenakan kebersihan hati mereka, dan ketinggian martabat mereka dalam kefashihan dan bayan. Juga karena faham mereka yang shahih dalam menafsirkan Kalam Allah swt. Dan juga dikarenakan mereka lebih mengetahui rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al Qur’an dibandingkan seluruh manusia setelah generasi mereka. Berkata Imam Hakim Rahimahullah: Sesungguhnya tafsir para Shahabat (semoga Allah meridhoi mereka) yang mana mereka telah menyaksikan wahyu dan turunnya Al Qur’an dihukumkan Marfu’ (sampai atau bersambung kepada Nabi saw). Ataupun dengan kata lain, tafsir para Shahabat mempunyai hukum hadits Nabawi yang Marfu’ kepada Nabi saw. 2. Tafsir bir-ra’yi Adalah tafsir yang dalam menjelaskan maknanya, Mufassir hanya perpegang pada pemahaman sendiri. Dan penyimpulan (istinbath) yang didasarkan pada ra’yu semata. Seiring perkembangan zaman yang menuntut pengembangan metoda tafsir karena tumbuhnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah maka tafsir ini memperbesar peranan ijtihad dibandingkan dengan penggunaan tafsir bi al-Matsur. Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur’an, hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain. Seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. Pembagian Tafsir bir-ra’yi: Tafsir bir-ra’yi terbagi menjadi dua bagian: - Tafsir Mahmud - Tafsir Madzmum a. Tafsir Mahmud: Adalah suatu penafsiran yang sesuai dengan kehendak syari’at (penafsiran oleh orang yang menguasai aturan syari’at), jauh dari kebodohan dan kesesatan, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa arab, serta berpegang pada uslub-uslubnya dalam memahami nash-nash Qur’aniyah. b. Tafsir al Madzmum: Adalah penafsiran Al Qur’an tanpa berdasarkan ilmu, atau mengikuti hawa nafsu dan kehendaknya sendiri, tanpa mengetahui kaidah-kaidah bahasa atau syari’ah. Atau dia menafsirkan ayat berdasarkan mazhabnya yang rusak maupun bid’ahnya yang tersesat. Hukum Tafsir bir-ra’yi al Madzmum: Menafsirkan Al Qur’an dengan ra’yu dan Ijtihad semata tanpa ada dasar yang shahih adalah haram. Allah berfirman : وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ (الإ ســــراء: 36) Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya”. (QS, Al Isra’: 36) Firman Allah lagi: قـُلْ إِنَّمَا حـَرَّمَ رَبِّيَ ٱلْفـَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلإِثـْمَ وَٱلْبَغْيَ بِغَـيْرِ ٱلْحَقِّ وَأَن تـُشْــرِكـُواْ بِٱللّـَهِ مَا لَمْ يُنـَزِّلْ بِهِ سُلْـطَاناً وَأَن تَقـُولُواْ عَلَى ٱللّـَهِ مَا لاَ تَعْـلَمــُونَ (الأعراف: 33) Artinya: “Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa. Melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu. Dan (mengharamkan) kamu mengatakan terhadap Allah dengan sesuatu yang tidak kamu ketahui.” (Al A’raf: 33) Juga sabda Rasulullah saw: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ Artinya: “ Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma dia berkata, bersabda Rasulullah saw: “Barang siapa menafsirkan Al Qur’an dengan tanpa ilmu, maka siapkanlah tempatnya di neraka”. 3. Tafsir Isyari Menurut kaum sufi setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah yang segera mudah dipahami oleh akal pikiran sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat kudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur’an inilah yang akan tercurah ke dalam hati dari limpahan pengetahuan gaib yang dibawa ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut tafsir Isyari. 4. Tafsir bil Izdiwaji ( Campuran ) Tafsir bil Izdiwaji disebut juga dengan metode campuran antara tafsir bil Matsur dan Tafsir bil Ra’yi yaitu menafsirkan Al-Qur’an yang didasarkan atas perpaduan antara sumber tafsir riwayat yang kuat dan shahih, dengan sumber hasil ijtihad akan pikiran yang sehat. C. MACAM-MACAM TAFSIR BERDASARKAN METODENYA 1. Metode Tahlili (Analitik) Metode Tahlili adalah metode menafsirkan Al-Qur’an yang berusaha menjelaskan Al-Qur’an dengan menguraikan berbagai seginya dan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an. Metode ini adalah yang paling tua dan paling sering digunakan. Tafsir ini dilakukan secara berurutan ayat demi ayat kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan Al-Qur’an. Dia menjelaskan kosa kata dan lafazh, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur I’jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fikih, dalil syar’i, arti secara bahasa, norma-norma akhlak dan lain sebagainya. Menurut Malik bin Nabi, tujuan utama ulama menafsirkan Al-Qur’an dengan metode ini adalah untuk meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahaman akan kemukzizatan Al-Qur’an, sesuatu yang dirasa bukan menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam dewasa ini. Karena itu perlu pengembangan metode penafsiran karena metode ini menghasilkan gagasan yang beraneka ragam dan terpisah-pisah . Kelemahan lain dari metode ini adalah bahwa bahasan-bahasannya amat teoritis, tidak sepenuhnya mengacu kepada persoalan-persoalan khusus yang mereka alami dalam masyarakat mereka, sehingga mengesankan bahwa uraian itulah yang merupakan pandangan Al-Qur’an untuk setiap waktu dan tempat. Hal ini dirasa terlalu “mengikat” generasi berikutnya. 2. Metode Ijmali (Global) Metode ini adalah berusaha menafsirkan Al-Qur’an secara singkat dan global, dengan menjelaskan makna yang dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami. Urutan penafsiran sama dengan metode tahlili namun memiliki perbedaan dalam hal penjelasan yang singkat dan tidak panjang lebar. Keistimewaan tafsir ini ada pada kemudahannya sehingga dapat dikonsumsi oleh lapisan dan tingkatan kaum muslimin secara merata. Sedangkan kelemahannya ada pada penjelasannya yang terlalu ringkas sehingga tidak dapat menguak makna ayat yang luas dan tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. 3. Metode Muqarin Tafsir ini menggunakan metode perbandingan antara ayat dengan ayat, atau ayat dengan hadits, atau antara pendapat-pendapat para ulama tafsir dengan menonjolkan perbedaan tertentu dari obyek yang diperbandingkan itu. 4. Metode Maudhu’i (Tematik) Metode ini adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-sama membahas topik/judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain kemudian mengambil hukum-hukum darinya.
Ucapan maaf untuk semuanya | 17.25 |
Filed under:
|
Selembut apapun angin ia pernah terbangkan abu. Sebaik apapun manusia ia pernah lakukan kesalahan dan khilaf Tak ada putih yang tak ternoda dan tak ada insane yang tak berdosa Seiring dengan waktu kita nodai dengan lumuran dosa. Dan di malam yamg berkah ini aku minta maaf dengan sepenuh hati Baik yang di sengaja atau tidak. Karena walau bagaimanapun kita sebagai manusia mempunyai sifat khilaf dan rasa salah kepada siapapun. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penuh khilaf aku minta maaf yang sebesar-besarnya. Terutama kepada Allah SWT yang kedua kepada orang tua ku. Yang telah memberikan seluruh tenaga dan seluruh kemampuannya untuk terus melatih dan membimbing kami sebagai anak-anaknya Dan telah memberikan teladan yang baik dan kami sebagai anakmu akan terus berupaya untuk menjadi anak yang selalu berbakti kepada mu.. Yang kesekian kalinya untuk para guru-guru ku yang telah mampu mentransfer ilmunya kepada kami sehinga kami menjadi anak yang bisa … Untuk teman-teman ku yang telah mau bersahabat dengan ku Aku ucapkan banyak-banyak terima kasih untuk kalian semua… Yang telah mau menjadi orang yang no dua di saaat aku jauh dari orang tua ku… Thanks for all my friends…… You’r the best my friends….. By sifarurrahmah
17.20 | |
Filed under:
|
Tidurlah ,, redam penatmu di untaian mimpi-mimpi indah Biarkan semua beban terbang bersama bintang membentuk segaris dekapan hangat selimut malam.. Yakinlah hari esok mentari pagi kan bersinar membawa harapan baru untukmu,,, Mesti takkan mudah untuk meraihnya,, tetaplah berjuang karena hidup memang perjuangan ,, Dan ku yakin dirimu mampu menjadi terbaik,, Good morning semuanya,,, Tetaplah semangat…
17.19 | |
Filed under:
|
Terasa indah ketika seseorang merindukanmu Terasa lebih bahagia ketika seseorang menyayangimu Tapi yang terindah dan yang palingbahagia ketika sesorang tak akan pernah melupakanmu.. Berbuatlah apa-apa yang tidak mudah di lupakan oleh orang lain…. Yang pastinya perbuatan yang mendatangkan manfaat.. baik untuk kita sendiri maupun lebih-lebih untuk orang lain maka orang tidak akan mudah untuk melupakanmu,,
Sahabat sejati dan the future | 17.17 |
Filed under:
|
Sahabat sejati dan the future Kehidupan adalah teka-teki yang harus di jalani dengan HATI. Andai hati dapat saling MENGERTI Takkan ada hati yang tersakiti Andai hati dapat berbicara takkan ada hati yang berdusta Andai hati dapat saling setia takkan ada hati yang kecewa Begitu pula SAHABAT … ibarat janji yang di buat dalam HATI Tak dapat di TULIS.. tak dapat di BACA Namun takkan terpisah oleh jarak Tak berubah oleh masa sedetik di mata selamanya di jiwa dan semua itu adalah SAHABAT SEJATI.. Jagalah sahabat-sahabtmu yang telah mampu membuat hidup kalian lebih bermakna …dan telah mewarnai kehidupanmu ,,, yang telah membantu mengukir indahnya kehidupan ini.,, namun tak bisa kita pungkiri juga dengan sedih dan duka lara yang kadang dating menjelma dalam kalbu,,, Namun tetaplah untuk terus berjuang dan melanjutkan menulis kan kehidupanmu yang hari ini And the future… Go a head,,,, live is never flat
Kisah Ashabul Kahfi | 17.13 |
Filed under:
|
Kisah ini begitu kesohor. Dengan kekuasaan-Nya Allah Subhanahu wa Ta’ala menidurkan sekelompok pemuda yg berlindung di sebuah gua selama 309 tahun. Apa hikmah di balik ini semua? Ashhabul Kahfi adl para pemuda yg diberi taufik dan ilham oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keyakinan yg dianut oleh masyarakat mereka yg menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsa sembari tetap menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka sekaligus krn khawatir akan gangguan masyarakatnya. Mereka mengatakan: رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُوْنِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا “Rabb kami adl Rabb langit dan bumi kami sekali-kali tdk akan menyeru Rabb selain Dia sesungguh kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yg jauh.” Yakni apabila kami berdoa kepada selain Dia berarti kami telah mengucapkan suatu شَطَطًا yaitu perkataan palsu dusta dan dzalim. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan perkataan mereka selanjutnya: هَؤُلاَءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُوْنِهِ آلِهَةً لَوْلاَ يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا “Kaum kami ini telah mengambil sesembahan-sesembahan selain Dia. Mereka tdk mengajukan alasan yg terang Siapakah yng lbh dzalim daripada orang2 yg mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” Ketika mereka sepakat terhadap persoalan ini mereka sadar tdk mungkin menampakkan kepada kaumnya. Mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memudahkan urusan mereka: رَبَّنَاآتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا “Wahai Rabb kami berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yg lurus dlm urusan kami.” Mereka pun menyelamatkan diri ke sebuah gua yg telah Allah Subhanahu wa Ta’ala mudahkan bagi mereka. Gua itu cukup luas dgn pintu menghadap ke utara sehingga sinar matahari tdk langsung masuk ke dalamnya. Kemudian mereka tertidur dgn perlindungan dan pegawasan dari Allah selama 309 tahun. Allah Subhanahu wa Ta’ala buatkan atas mereka pagar berupa rasa takut meskipun mereka sangat dekat dgn kota tempat mereka tinggal. Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yg menjaga mereka selama di dlm gua. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ “Dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.” Demikianlah agar jasad mereka tdk dirusak oleh tanah. Setelah tertidur sekian ratus tahun lama Allah Subhanahu wa Ta’ala membangunkan mereka لِيَتَسَاءَلُوا dan supaya mereka pada akhir mengetahui hakekat yg sebenarnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِْينَةِ “Berkatalah salah seorang dari mereka: ‘Sudah berapa lama kalian menetap ?’ Mereka menjawab: ‘Kita tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Yang lain berkata pula: ‘Rabb kalian lbh mengetahui berapa lama kalian berada . mk suruhlah salah seorang di antara kalian pergi ke kota membawa uang perakmu ini’.” Di dlm kisah ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah yg nyata. Di antaranya: 1. Walaupun menakjubkan kisah para penghuni gua ini bukanlah ayat Allah yg paling ajaib. Karena sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai ayat-ayat yg menakjubkan yg di dlm terdapat pelajaran berharga bagi mereka yg mau memerhatikannya. 2. Sesungguh siapa saja yg berlindung kepada Allah niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi dan lembut kepada serta menjadikan sebagai sebab orang2 yg sesat mendapat hidayah . Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersikap lembut terhadap mereka dlm tidur yg panjang ini utk menyelamatkan iman dan tubuh mereka dari fitnah dan pembunuhan masyarakat mereka. Allah menjadikan tidur ini sebagai bagian dari ayat-ayat -Nya yg menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah dan berlimpah kebaikan-Nya. Juga agar hamba-hamba-Nya mengetahui bahwa janji Allah itu adl suatu kebenaran. 3. Anjuran utk mendapatkan ilmu yg bermanfaat sekaligus mencarinya. Karena sesungguh Allah mengutus mereka adl utk hal itu. Dengan pembahasan yg mereka lakukan dan pengetahuan manusia tentang keadaan mereka akan menghasilkan bukti dan ilmu atau keyakinan bahwa janji Allah adl benar dan bahwa hari kiamat yg pasti terjadi bukanlah suatu hal yg perlu disangsikan. 4. Adab kesopanan bagi mereka yg mengalami kesamaran atau ketidakjelasan akan suatu masalah ilmu adl hendaklah mengembalikan kepada yg mengetahuinya. Dan hendak dia berhenti dlm perkara yg dia ketahui. 5. Sah menunjuk wakil dlm jual beli dan sah pula kerjasama dlm masalah ini. Karena ada dalil dari ucapan mereka dlm ayat: فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِيْنَة “Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota membawa uang perakmu ini.” 6. Boleh memakan makanan yg baik dan memilih makanan yg disenangi atau sesuai selera selama tdk berbuat israf yg terlarang berdasarkan dalil: فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ “Hendaklah dia lihat manakah makanan yg lbh baik mk hendaklah dia membawa makanan itu untukmu.” 7. Melalui kisah ini kita dianjurkan utk berhati-hati dan mengasingkan diri atau menjauhi tempat-tempat yg dapat menimbulkan fitnah dlm agama. Dan hendak seseorang menyimpan rahasia sehingga dapat menjauhkan dari suatu kejahatan. 8. Diterangkan dlm kisah ini betapa besar kecintaan para pemuda yg beriman itu terhadap ajaran agama mereka. Dan bagaimana mereka sampai melarikan diri meninggalkan negeri mereka demi menyelamatkan diri dari segenap fitnah yg akan menimpa agama mereka utk kembali pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 9. Disebutkan dlm kisah ini betapa luas akibat buruk dari kemudaratan dan kerusakan yg menumbuhkan kebencian dan upaya meninggalkannya. Dan sesungguh jalan ini adl jalan yg ditempuh kaum mukminin. 10. Bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا “orang2 yg berkuasa atas urusan mereka berkata: ‘Sungguh kami tentu akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atas mereka’.” Di dlm ayat ini terdapat dalil bahwa masyarakat di mana mereka hidup adl orang2 yg mengerti agama. Hal ini diketahui krn mereka sangat menghormati para pemuda itu sehingga sangat berkeinginan membangun rumah ibadah di atas gua mereka. Dan walaupun ini dilarang –terutama dlm syariat agama kita– tetapi tujuan diceritakan hal ini adl sebagai keterangan bahwa rasa takut yg begitu besar yg dirasakan oleh para pemuda tersebut akan fitnah yg mengancam keimanan serta masuk mereka ke dlm gua telah Allah Subhanahu wa Ta’ala gantikan sesudah itu dgn keamanan dan penghormatan yg luar biasa dari manusia. Dan ini adl ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang yg menempuh suatu kesulitan krn Allah di mana Dia jadikan bagi akhir perjalanan yg sangat terpuji. 11. Pembahasan yg berbelit-belit dan tdk bermanfaat adl suatu hal yg tdk pantas utk ditekuni berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: فَلاَ تُمَارِ فِيْهِمْ إلاَّ مِرَاءً ظَاهِرًا “Karena itu janganlah kamu bertengkar tentang keadaan mereka kecuali pertengkaran lahir saja.” 12. Faedah lain dari kisah ini bahwasa berta kepada yg tdk berilmu tentang suatu persoalan atau kepada orang yg tdk dapat dipercaya adl perbuatan yg dilarang. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan: وَلاَ تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا “Dan jangan pula berta mengenai mereka kepada salah seorang di antara mereka itu.” Wallahu a’lam.
17.09 | |
Filed under:
|
Ketulusan cinta bukan sekedar ucapan Karena cinta dating dari hati tanpa berharap untuk memiliki Bila kegelapan y ang kau rasakan saat meraih cinta membuatmu rapuh Maka itu bukanlah cinta sejati, tapi keegoisan cinta Karena cinta tak mengenal lelah tiada kata jenuh Tiada keputus asaan tiada batas waktu tiada kebimbangan dan bukan sebuah pilihan Jika kamu Tanya apa itu cinta? Maka tanyakanlah hatimu. Seberapa takut kau kehilangan? Seberapa tulus kau menyayangi? Seberapa sanggup kau bertahan ? Seberapa ikhlas kau member? Jika semua telah terjawab maka kau akan tau arti mencinta… Karena mencinta adalah hal yang sangat indah,,,…,,,,
17.04 | |
Filed under:
|
BUKAN hari in indah kita bahagia,, tapi karena kita bahagia hari menjadi indah Bukan karena tidak ada rintangan kita menjdai optimis tapi karena kita optimis rintangan menjadi tidak ada… Bukan hari ini kita yakin bisa tapi karena kita yakin bisa semuanya menjadi mudah,, Bukan karena semua baik kita tersenyum,, tapi karena kita tersenyum semuanya menjadi baik.. Awali semuanya dengan BASMALLAH dan TETAP SEMANGAT … Salam sukses semuanya.. Berusahalah untuk menjadi yang terbaik di antara yang lainnya…. YAKUSA
17.02 | |
Filed under:
|
Bila mentari bersinar itulah senyumku Bila langin mendung itulah sedihku Bila hari hujan itulah tangisku Dan bila angin menghembus itulah salam rinduku untukmu Itulah salam hangat dari ku Seorang sahabat yang merindukan hangatnya kebersamaan yang telah kita jalani bersama pada hari kemarin Aku tidak akan mudah untuk melupakan masa-masa indah yang telah kita jalani bersamaan..kebersamaan ,, canda tawa,, riang gembira ,, tangisan,, rasa rindu,, rasa sayang, kangen, dan semuanya bercampur aduk dalam hatiku,, Tapi aku yakin kamu di situ akan selalu baik-baik saja,,, Aku akan selalu mengingatmu sahabatku..
Tanda-Tanda Kiamat | 05.28 |
Filed under:
|
Tanda-Tanda Kiamat Rasulullah Saw. bersabda, “Di antara tanda-tanda kiamat ialah ilmu terangkat, kebodohan menjadi dominan, arak menjadi minuman biasa, zina dilakukan terang-terangan, wanita berlipat banyak, dan laki-laki berkurang sehingga lima puluh orang wanita berbanding seorang pria.” (HR. Bukhari)
Sahabat sejati | 05.28 |
Filed under:
|
Sahabat sejati Sejauh apapun kita berpisah Sesibuk apapun kita nanti Aku ingin engkau tahu Meskipun langkah kita berbeda nantinya Waktu tidak akan memisahkan gelar kita sebagai SAHABAT SAHABAT SEJATI bukan berjalan seperti gunting Mesti lurus tapi memisahkan yang menyatu Tapi sahabat sejati berjalan seperti jarum Mesti menusuk dan menyakitkan TAPI menyatukan yang terpisah.
Pagi yang cerah | 05.27 |
Filed under:
|
Pagi yang cerah Pagi adalah awal dari titan hidup Keceriaan adalah awal dari segala harapan Kejujuran adalah awal dari cinta dan kasih sayang Awali pagimu dengan do’a dan senyum Nikmatilah hidup ini dengan penuh ucapan syukur Semoga hari ini adalah hari yang paling berharga buat kita semuanya.
MEMBACA ADALAH KUNCI DARI SEMUA KESUKSESAN | 05.26 |
Filed under:
|
MEMBACA ADALAH KUNCI DARI SEMUA KESUKSESAN Di saat peringatan hari pendidikan, pada tanggal 2 Mei 2011, saya teringat ayat pertama kali yang diturunkan oleh Allah dalam al Qurán adalah perintah membaca. Sedemikian penting kegiatan membaca, hingga selain itu, misi rasulullah ke dunia yang disebutkan pertama kali dalam al Qurán adalah juga tilawah yang lagi-lagi artinya juga membaca. Dalam kenyataan sehari-hari yang bisa dilihat, ternyata orang-orang sukses dan beruntung adalah selalu berasal dari orang-orang yang mampu dalam membaca secara cepat dan tepat. Rupanya tidak semua orang bisa melakukan hal itu. Pengetahuan antar orang menjadi berbeda-beda, oleh karena kemampuannya dalam membaca juga berlain-lainan. Seorang yang mampu membaca potensi ekonomi, maka ia akan berhasil mengembangkan usahanya hingga mendapatkan keutungan yang melimpah. Sebaliknya, bagi orang yang tidak memiliki kemampuan tentang itu, maka usaha ekonominya akan gagal. Bahkan seseorang, sama sekali tidak bisa mengembangkan usahanya, karena tidak mampu membaca, bagaimana memilih jenis usaha, mengembangkan modal, mamanage usahanya, dan apalagi mengkalkulasi untung ruginya. Orang yang tidak memiliki kemampuan membaca dalam dunia ekonomi atau usaha, maka mereka hanya akan mengikut bekerja kepada orang lain. Oleh karena tidak memiliki kemampuan membaca, maka seseorang hanya akan bisa menjual tenaganya. Tenaga yang dijual pun juga tenaga kasar, atau disebut menjadi buruh. Gaji buruh kasar biasanya tidak seberapa, sehingga akhirnya tingkat kehidupan ekonominya menjadi pas-pasan. Oleh karena itu, sebenarnya akar kemiskinan di mana-mana dan kapan saja, adalah kelemahan yang bersangkutan dalam membaca potensi ekonomi yang bisa dikembangkan. Maka cara untuk mengentaskannya tidak mudah dilakukan sepanjang mereka tidak diajari membaca tentang hal itu secara tepat. Orang yang tidak mampu membaca potensi ekonomi, sekalipun mereka diberi bantuan modal atau lainnya tetap tidak berkembang, oleh karena kemampuan bacaannya yang terbatas. Demikian pula dalam berbagai bidang lainnya. Seorang yang mampu membaca peta politik, maka akan memenangkan dalam pertarungan poilitik. Mereka akan sukses memperoleh kekuasaan, mempertahankan, dan memanfaatkannya. Sebaliknya, orang yang tidak mampu membaca politik, tatkala terjun di dunia politik akan selalu mengalami kekalahan. Itulah dalam dunia modern, lantas muncul penjual jasa yang disebut konsultan, termasuk konsultan atau penasehat politik. Kemampuan membaca secara cerdas juga harus dimiliki oleh para penyelenggara atau pemimpin birokrasi pendidikan. Orang yang tidak mengerti pendidikan, karena tidak pernah melakukan pembacaan terhadap dunia pendidikan, kemudian diserahi tugas di bidang itu, akan mengalami kesulitan dan bahkan gagal dalam menunaikan tugasnya. Penyandang wawasan pendidikan yang terbatas, akan memaknai konsep pendidikan sebatas sebagai proses kegiatan menyampaikan bahan pelajaran tertentu, pada rentang waktu tertentu pula, oleh seorang guru kepada murid, sehingga arti pendidikan tereduksi menjadi sangat sederhana dan tidak mengenai sasaran. Bagi orang yang mampu membaca dunia pendidikan secara luas dan utuh, konsep itu tidak hanya menyangkut kegiatan transfer ilmu pengetahuan, tetapi pendidikan akan dimaknai sebagai upaya membangun pribadi secara utuh. Ketika pengertian pendidikan dimaknai seperti itu, maka kegiatan pendidikan tidak sebatas menyiapkan buku teks, kurikulum, ruang kelas dan sejenisnya, tetapi lebih luas dari sekedar itu. Keberhasilan pendidikan memerlukan lingkungan yang tepat, guru berpribadi unggul, yang memiliki pengetahuan dan integritas yang tingi, keikhlasan, kesabaran, istiqomah, tanggung jawab, amanah dan tercukupinya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Kemampuan membaca ternyata menjadi kunci utama dalam meraih segala hal. Oleh karena itulah maka tepat sekali al Qurán yang pertama kali diturunkan adalah perintah membaca. Selain itu juga, bahwa misi nabi yang disebutkan pertama kali adalah membacakan ayat-ayat Allah yang terbentang luas di jagat raya ini. Rupanya memang kemampuan membaca merupakan awal dari kesuksesan hidup bagi siapapun. Namun sayangnya, ajaran tentang betapa pentingnya kegiatan membaca ini belum berhasil ditanamkan kepada ummat Islam secara keseluruhan. Selain itu, membaca dalam pengertian luas dan mendalam seharusnya dimaknai sebagai kegiatan pengembangan ilmu dan atau riset. Oleh karena itu, ummat Islam mestinya segera mengembangkan pusat-pusat riset di berbagai tempat. Perhatian yang belum maksimal terhadap kegiatan membaca, qiroáh atau thilawah inilah, hingga menjadikan ummat tertinggal dari lainnya. Kegiatan membaca adalah merupakan kunci utama terhadap semua keberhasilan dan kemajuan. Wallahu a’lam.
LEMBARAN KEHIDUPAN | 05.25 |
Filed under:
|
LEMBARAN KEHIDUPAN Hidup kita ibarat sebuah buku. Sampul depan sebagai tanggal lahir. Sampul belakang sebagai tanggal kembali. Tiap lembarannya adalah hari-hari dalam hidup. Ada buku yang tebal. Adapula yang tipis, hebatnya seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman berikutnya yang bersih baru tiada kurang. Sama dengan hidup ini seburuk apapun kemarin . ALLAH selalu menyediakn hari yang baru. Kesempatan yang baru untuk bisa melakukan sesuatu yang benar, memperbaiki kesalahan dan melanjutkan alur cerita yang sudah di tetapkanNya. Selamat menulis kebahagiaan.
PUISI TENTANG CINTA DAN SAHABAT | 05.24 |
Filed under:
|
CINTA DAN SAHABAT Suatu hari CINTA dan SAHABAT berjalan di desa Tiba-tiba cinta jatuh kedalam telaga. Kenapa? Karena cinta itu buta, Lalu SAHABAT pun ikut terjun. Kenapa? Karena sahabt akan berbuat apa saja demi cinta. Di dalam telaga cinta hilang. Kenapa? Karena cinta itu halus, mudah hilang jika tak di jaga dan sulit di cari. Sedangkan SAHABAT masih mencari-cari dan menunggu CINTA. Kenapa? Karena sahabat itu sejati dan akan kekal sebagai SAHABAT YANG SETIA. So, hargai dan sayangilah SAHABAT Mu selagi masih ada… karena suatu saat dia akan pergi….
KEUTAMAAN DZIKIR | 05.23 |
Filed under:
|
Di dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah diterangkan tentang keutamaan berdzikir kepada Allah, baik yang sifatnya muqayyad (tertentu dan terikat) yaitu waktu, bilangannya dan caranya terikat sesuai dengan keterangan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah, tidak boleh bagi kita untuk menambah atau mengurangi bilangannya, atau menentukan waktunya tanpa dalil, atau membuat cara-cara berdzikir tersendiri tanpa disertai dalil baik dari Al-Qur`an ataupun hadits yang shahih/hasan, seperti berdzikir secara berjama’ah (lebih jelasnya lihat kitab Al-Qaulul Mufiid fii Adillatit Tauhiid, Al-Ibdaa’ fii Kamaalisy Syar’i wa Khatharul Ibtidaa’, Bid’ahnya Dzikir Berjama’ah, dan lain-lain). Atau dzikir-dzikir yang sifatnya muthlaq, yaitu dzikir di setiap keadaan baik berbaring, duduk dan berjalan sebagaimana diterangkan oleh ‘A`isyah bahwa beliau berdzikir di setiap keadaan (HR. Muslim). Akan tetapi tidak boleh berdzikir/menyebut nama Allah di tempat-tempat yang kotor dan najis seperti kamar mandi atau wc. Diantara ayat yang menjelaskan keutamaan berdzikir adalah: 1. Firman Allah, فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ “Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah:152) 2. Firman Allah, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (Al-Ahzaab:41) 3. Firman Allah, “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar/jujur, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bershadaqah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzaab:35) 4. Firman Allah, وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِين “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Al-A’raaf:205) Adapun di dalam As-Sunnah, Diantaranya: 1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ “Permisalan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir kepada Allah adalah seperti orang yang hidup dan mati.” (HR. Al-Bukhariy no.6407 bersama Fathul Bari 11/208 dan Muslim 1/539 no.779) Adapun lafazh Al-Imam Muslim adalah, مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِيْ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِيْ لاَ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ “Permisalan rumah yang di dalamnya disebut nama Allah dan rumah yang di dalamnya tidak disebut nama Allah adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” 2. Dari ‘Abdullah bin Busrin radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam telah banyak atasku, maka kabarkan kepadaku dengan sesuatu yang aku akan mengikatkan diriku dengannya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ “Hendaklah lisanmu senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah.” (HR. At-Tirmidziy 5/458 dan Ibnu Majah 2/1246, lihat Shahiih Sunan At-Tirmidziy 3/139 dan Shahiih Sunan Ibni Maajah 2/317) 3. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ “Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah maka dia mendapat satu kebaikan dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR. At-Tirmidziy 5/175, lihat Shahiih Sunan At-Tirmidziy 3/9 serta Shahiihul Jaami’ Ash-Shaghiir 5/340) Dzikir-dzikir Setelah Salam dari Shalat Wajib Diantara dzikir-dzikir yang sifatnya muqayyad adalah dzikir setelah salam dari shalat wajib. Setelah selesai mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, kita disunnahkan membaca dzikir, yaitu sebagai berikut: 1. Membaca: أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ “Aku meminta ampunan kepada Allah (tiga kali). Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang selamat dari kejelekan-kejelekan, kekurangan-kekurangan dan kerusakan-kerusakan) dan dari-Mu as-salaam (keselamatan), Maha Berkah Engkau Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Baik.” (HR. Muslim 1/414) 2. Membaca: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ “Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menolak terhadap apa yang Engkau beri dan tidak ada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau tolak dan orang yang memiliki kekayaan tidak dapat menghalangi dari siksa-Mu.” (HR. Al-Bukhariy 1/255 dan Muslim 414) 3. Membaca: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ “Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan upaya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah dan kami tidak beribadah kecuali kepada Allah, milik-Nya-lah segala kenikmatan, karunia, dan sanjungan yang baik, tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, kami mengikhlashkan agama untuk-Nya walaupun orang-orang kafir benci.” (HR. Muslim 1/415) 4. Membaca: سُبْحَانَ اللهُ “Maha Suci Allah.” (tiga puluh tiga kali) اَلْحَمْدُ لِلَّهِ “Segala puji bagi Allah.” (tiga puluh tiga kali) اَللهُ أَكْبَرُ “Allah Maha Besar.” (tiga puluh tiga kali) Kemudian dilengkapi menjadi seratus dengan membaca, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ “Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” “Barangsiapa mengucapkan dzikir ini setelah selesai dari setiap shalat wajib, maka diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan. (HR. Muslim 1/418 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada dua sifat (amalan) yang tidaklah seorang muslim menjaga keduanya (yaitu senantiasa mengamalkannya, pent) kecuali dia akan masuk jannah, dua amalan itu (sebenarnya) mudah, akan tetapi yang mengamalkannya sedikit, (dua amalan tersebut adalah): mensucikan Allah Ta’ala setelah selesai dari setiap shalat wajib sebanyak sepuluh kali (maksudnya membaca Subhaanallaah), memujinya (membaca Alhamdulillaah) sepuluh kali, dan bertakbir (membaca Allaahu Akbar) sepuluh kali, maka itulah jumlahnya 150 kali (dalam lima kali shalat sehari semalam, pent) diucapkan oleh lisan, akan tetapi menjadi 1500 dalam timbangan (di akhirat). Dan amalan yang kedua, bertakbir 34 kali ketika hendak tidur, bertahmid 33 kali dan bertasbih 33 kali (atau boleh tasbih dulu, tahmid baru takbir, pent), maka itulah 100 kali diucapkan oleh lisan dan 1000 kali dalam timbangan.” Ibnu ‘Umar berkata, “Sungguh aku telah melihat Rasulullah menekuk tangan (yaitu jarinya) ketika mengucapkan dzikir-dzikir tersebut.” Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana dikatakan bahwa kedua amalan tersebut ringan/mudah akan tetapi sedikit yang mengamalkannya?“ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syaithan mendatangi salah seorang dari kalian ketika hendak tidur, lalu menjadikannya tertidur sebelum mengucapkan dzikir-dzikir tersebut, dan syaithan pun mendatanginya di dalam shalatnya (maksudnya setelah shalat), lalu mengingatkannya tentang kebutuhannya (lalu dia pun pergi) sebelum mengucapkannya.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud no.5065, At-Tirmidziy no.3471, An-Nasa`iy 3/74-75, Ibnu Majah no.926 dan Ahmad 2/161,205, lihat Shahiih Kitaab Al-Adzkaar, karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy 1/204) Kita boleh berdzikir dengan tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali dengan ditambah tahlil satu kali atau masing-masing 10 kali, yang penting konsisten, jika memilih yang 10 kali maka dalam satu hari kita memakai dzikir yang 10 kali tersebut. Hadits ini selayaknya diperhatikan oleh kita semua, jangan sampai amalan yang sebenarnya mudah, tidak bisa kita amalkan. Tentunya amalan/ibadah semudah apapun tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan Allah. Setiap beramal apapun seharusnya kita meminta pertolongan kepada Allah, dalam rangka merealisasikan firman Allah, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (Al-Faatihah:4) 5. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas satu kali setelah shalat Zhuhur, ‘Ashar dan ‘Isya`. Adapun setelah shalat Maghrib dan Shubuh dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud 2/86 dan An-Nasa`iy 3/68, lihat Shahiih Sunan At-Tirmidziy 2/8, lihat juga Fathul Baari 9/62) 6. Membaca ayat kursi yaitu surat Al-Baqarah:255 Barangsiapa membaca ayat ini setiap selesai shalat tidak ada yang dapat mencegahnya masuk jannah kecuali maut. (HR. An-Nasa`iy dalam ‘Amalul yaum wal lailah no.100, Ibnus Sunniy no.121 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiihul Jaami’ 5/339 dan Silsilatul Ahaadiits Ash-Shahiihah 2/697 no.972) 7. Membaca: اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ Sebagaimana diterangkan dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua tangannya dan berkata, “Ya Mu’adz, Demi Allah, sungguh aku benar-benar mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu Ya Mu’adz, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan di setiap selesai shalat, ucapan...” (lihat di atas): “Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud 2/86 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiih Sunan Abi Dawud 1/284) Do’a ini bisa dibaca setelah tasyahhud dan sebelum salam atau setelah salam. (‘Aunul Ma’buud 4/269) 8. Membaca: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ “Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, yang menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” Dibaca sepuluh kali setelah shalat Maghrib dan Shubuh. (HR. At-Tirmidziy 5/515 dan Ahmad 4/227, lihat takhrijnya dalam Zaadul Ma’aad 1/300) 9. Membaca: اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.” Setelah salam dari shalat shubuh. (HR. Ibnu Majah, lihat Shahiih Sunan Ibni Maajah 1/152 dan Majma’uz Zawaa`id 10/111) Semoga kita diberikan taufiq oleh Allah sehingga bisa mengamalkan dzikir-dzikir ini, aamiin. Wallaahu A’lam. Maraaji’: Hishnul Muslim, karya Asy-Syaikh Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthaniy, Shahiih Kitaab Al-Adzkaar wa Dha’iifihii, karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy dan Al-Kalimuth Thayyib, karya Ibnu Taimiyyah.
Apakah Al-Quran Belum Lengkap? | 05.21 |
Filed under:
|
Tanya: 1. Apakah Al-Quran belum lengkap untuk menjelaskan segala sesuatu, sehingga Allah masih membutuhkan bantuan manusia untuk membuat hukum yang lain selain Al-Quran? 2. Sejak kapan Hadis digunakan sebagai sumber hukum selain Al-Quran di dalam Islam? 3. Bagaimana cara menghitung (menentukan waktu shalat) –jadwal waktu shalat yang berubah-ubah dari hari ke hari– yang selama ini diikuti sebagai pedoman waktu shalat di Indonesia? Bagaimana menghitung waktu shalat termasuk berbuka puasa di daerah frigid zone, di mana pergantian waktu siang dan malamnya setiap enam (6) bulan sekali? 4. Benarkah pada peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW menjemput peritah shalat lima waktu dari semula 50 kali? Bagaimana dengan shalatnya Nabi Ibrahim? Jawab: Apakah Al-Quran Belum Lengkap Al-Quran adalah firman Allah Swt yang menjadi petunjuk bagi umat Islam. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Nabi dan Rasul untuk memberikan kabar gembira dan ancaman bagi umat manusia. Al-Quran adalah sumber hukum pertama dalam memahami hukum Islam. Sumber hukum yang kedua adalah Hadis. Al-Quran berisi hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah, akidah dan lain-lain secara lengkap. Hanya saja kalau kita ingin memahami Al-Quran secara mendetail kita membutuhkan Hadis, karena Nabi Muhammad SAW adalah Rasul yang diutus oleh Allah untuk menjelaskan hukum-hukum yang ada di dalam Al-Quran. Oleh karena itu ada beberapa hubungan antara Al-Quran dengan Hadis: 1. Hadis menjelaskan secara rinci atas apa yang yang disebutkan Al-Quran secara umum; dan 2. Hadis menjelaskan sesuatu yang belum disebutkan dalam Al-Quran. Hadis Sebagai Sumber Hukum Hadis dijadikan sumber hukum yang kedua di dalam Islam sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul muncul beberapa permasalahan di kalangan umat Islam, maka jawaban dari Rasulullah SAW ini menjadi pedoman bagi umat Islam untuk diamalkan. Segala perkataan dari Nabi Muhammad SAW adalah wahyu. Allah SWT berfirman: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (QS. An-Najm: 3 – 4). Pedoman Waktu Shalat Pada masa Nabi Muhammad SAW belum ditemukan jam sehingga pedoman waktu shalat dilihat dari beberapa tanda misalnya waktu shalat Subuh dimulai dengan terbitnya fajar, waktu shalat Dhuhur masuk ketika posisi matahari tepat di atas kepala, waktu shalat ashar masuk ketika panjang suatu bayangan sama dengan tinggi suatu tiang hingga tenggelamnya matahari. Alhamdulillah sekarang sudah ditemukan jam sehingga dengan mudah kita bisa mengetahui waktu. Hanya saja perlu diketahui bahwa setiap tahun Matahari itu bergeser sekitar 15 derajat ke arah utara dan selatan, sehingga kalau yang kita jadikan ukuran untuk mengetahui waktu shalat adalah jam maka dalam satu bulan waktu shalat akan mengalami perubahan. Contoh: waktu shalat maghrib minggu ini jam 17.50, maka minggu berikutnya bisa berubah beberapa menit. Tetapi kalau yang kita jadikan acuan adalah pedoman waktu yang ditetapkan Rasulullah SAW maka tidak ada perubahan karena kita langsung melihat posisi matahari. Hanya saja untuk saat ini kita agak kesulitan untuk selalu mengamati posisi matahari terutama di saat mendung. Maka untuk memudahkan cara mengetahui waktu shalat, kita bisa berpedoman pada hisab yang telah ditetapkan oleh Departemen Agama. Waktu shalat dan waktu berbuka puasa telah ditetapkan dalam Islam. Adapun untuk daerah yang mengalami frigit zone seperti di kutub utara di mana waktu siang bisa sampai enam bulan demikian pula waktu malam bisa mencapai enam bulan, maka cara untuk mengetahui waktu shalat dan waktu berbuka puasa di sana bisa mengikuti waktu daerah terdekat yang memiliki waktu ideal: ada pagi, siang, sore dan malam dalam satu hari. Sehingga orang yang tinggal di kutub utara bisa mengikuti waktu shalat di Green Land atau daerah sekitarnya yang memiliki waktu stabil. Perintah Shalat dan Isra’ Mi’raj Benar, pada peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW untuk pertama kalinya mendapat perintah untuk melaksanakan shalat sehari semalam sebanyak 50 kali, kemudian diganti menjadi lima kali. Pada masa Nabi Ibrahim AS sudah ada perintah shalat hanya saja kita tidak mengetahui bagaimana tata cara shalatnya. Syariat Nabi Ibrahim dengan Nabi Muhammad SAW itu berbeda. Adapun tata cara shalat yang kita pakai sekarang itu baru disyariatkan setelah Isra’ dan Mi’raj. Wallahu Ta’ala a’lam. SYIFATURRAHMAH
wanita sholehah | 16.27 |
Filed under:
|
Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang bukan terletak pada wajah dan pakaiannya. Bukan emas permata yang mempercantik anda Melainkan yang mempercantik anda Adalah akhlak anda hiasan dunia Dan kekayaan anda adalah etika anda Dan ketahuilah wanita itu hiasan dunia Dan sebaik-baik hiasan dunia adalah wanita solehah. CINTA Cinta adalah sesuatu yang tidak mudah di mengerti Tapi begitu indah di rasakan Cinta..bisa membuat kita bahagia, senang, tertawa, Tapi terkadang cinta bisa membuat kita kecewa, terluka, sedih, dan menangis, Bahkan cinta bisa membuat orang jadi gila Itulah cinta,,, begitu penuh teka-teki Tidak mudah untuk di tebak Ada hal yang membuat cinta menjadi lebih sempurna. Dalam cinta di butuhkan PENGORBANAN, PENGERTIAN, PERHATIAN, KESABARAN, KETULUSAN, DAN KASIH SAYANG.
pengertian hadis maudhu' | 01.43 |
Filed under:
|
Kata mawdhu’ dari kata = di letakkan, dibicarakan, digugukan, ditinggikan, dan dibuat-buat.Dalam istilah, Mawdhu’ adalah : Sesuatu yang disandarkan kepada rasul secara mengada-ada dan bohong dari apa yang tidak dikatakan beliau atau tidak dilakukan dan atau tidak disetujinya.
ARTI SEBUAH CINTA | 01.41 |
Filed under:
|
ARTI SEBUAH CINTA Ketulusan cinta bukan hanya sekedar ucapan Karena cinta datang dari hati tanpa berharap-harap tuk memiliki Bila kegagalan yang kau rasakan saat meraih cinta membuatmu rapuh Maka itu bukanlah cinta sejati Tapi keegoisan cinta Karna cinta tak mengenal lelah Tiada kata jenuh tiada keputusasaan Tiada batas waktu Tiada kebimbangan dan bukan sebuah plihan Jika kamu Tanya apa itu cinta? Maka tanyakanlah hatimu. Seberapa takut kau kehilangan? Seberapa tulus kau menyayangi? Seberapa sanggup kau bertahan? Seberapa ikhlas kau memberi? Jika semua itu terjawab maka kau akan tau arti mencinta. Mencinta yang abadi,, tak akan pernah mengenal segala tantangan dan rintangan… Raih cinta sejatimu… syifa_saronggi@yahoo.com
ISLAMISASI ILMU: SEJARAH, DASAR, POLA, DAN STRATEGI | 00.42 |
Filed under:
|
ISLAMISASI ILMU: SEJARAH, DASAR, POLA, DAN STRATEGI A. Sejarah Perkembangan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kata “islamisasi” dinisbatkan kepada agama Islam yaitu agama yang telah diletakkan manhajnya oleh Allah melalui wahyu. Ilmu ialah persepsi, konsep, bentuk sesuatu perkara atau benda. Ia juga suatu proses penjelasan, penyataan dan keputusan dalam pembentukan mental. Islamisasi ilmu berarti hubungan antara Islam dengan ilmu pengetahuan yaitu hubungan antara “Kitab Wahyu” al-Quran dan al-Sunnah dengan “kitab Wujud” dan ilmu kemanusiaan. Oleh karena itu, islamisasi ilmu ialah aliran yang mengatakan adanya hubungan antara Islam dengan ilmu kemanusiaan dan menolak golongan yang menjadikan realitas dan alam semesta sebagai satu-satunya sumber bagi ilmu pengetahuan manusia. Dalam bahasa Arab, istilah Islamisasi ilmu dikenal dengan “Islamiyyat al-Ma’rifat” dan dalam bahasa Inggris disebut dengan “Islamization of Knowledge”. Islamisasi ilmu merupakan istilah yang mendeskripsikan berbagai usaha dan pendekatan untuk mensitesakan antara etika Islam dengan berbagai bidang pemikiran modern. Produk akhirnya akan menjadi ijma' (kesepakatan) baru bagi umat Islam dalam bidang keilmuan yang sesuai dan metode ilmiah tidak bertentangan dengan norma-norma (etika) Islam. Di samping itu, islamisasi ilmu juga bertujuan untuk meluruskan pandangan hidup modern Barat sekular, yang memisahkan antara urusan dunia dan akhirat, termasuk dalam masalah keilmuan. Sesungguhnya, secara substansial proses islamisasi ilmu telah terjadi sejak masa Rasulullah saw. Hal ini dapat kita lihat dari proses pengislaman yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw terhadap masyarakat Arab pada saat itu. Melalui ajaran-ajaran al-Quran, sebagai sumber hukum Islam pertama, beliau merubah seluruh tatanan Arab Jahiliyah kepada tatanan masyarakat Islam hanya dalam kurun waktu 23 tahun. Dengan al-Qur'an, Muhammad saw. merubah pandangan hidup mereka tentang manusia, alam semesta dan kehidupan dunia. Pengislaman ilmu ini diteruskan oleh para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama sehingga umat Islam mencapai kegemilangan dalam ilmu. Pada “zaman pertengahan,” Islamisasi juga telah dilakukan khususnya oleh para teolog Muslim seperti al-Ghazali, Fakhruddin al-Razi, Sayfuddin al-Amidi dan lain-lain. Dengan pengetahuan Islam yang mendalam, mereka menyaring filsafat Yunani kuno untuk disesuaikan dengan pemikiran Islam. Sebagai hasilnya, ada hal-hal dari filsafat Yunani kuno yang diterima dan ada juga yang ditolak. Oleh karena itu, islamisasi dalam arti kata yang sebenarnya bukanlah perkara baru bila ditinjau dari aspek yang luas ini. Hanya saja, secara oprasional, istilah islamisasi ilmu baru dipopulerkan sebagai kerangka epistimologi baru oleh para pembaharu muslim pada tahun 70-an. Dalam konteks modern, istilah "islamisasi ilmu" pertama kali digunakan dan diperkenalkan oleh seorang sarjana malaysia bernama Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya yang berjudul "Islam and Secularism" (1978). Syed Muhammad Naquib al-Attas menyadari bahwa “virus” yang terkandung dalam Ilmu Pengetahuan Barat modern-sekuler merupakan tantangan yang paling besar bagi kaum Muslimin saat ini. Dalam pandangannya, peradaban Barat modern telah membuat ilmu menjadi problematis. Selain telah salah-memahami makna ilmu, peradaban Barat juga telah menghilangkan maksud dan tujuan ilmu. Sekalipun peradaban Barat modern juga menghasilkan ilmu yang bermanfaat, namun peradaban tersebut juga telah menyebabkan kerusakan dalam kehidupan manusia. Dalam pandangan Syed Muhammad Naquib al-Attas, Westernisasi ilmu adalah hasil dari kebingungan dan skeptisisme. Westernisasi ilmu telah mengangkat keraguan dan dugaan ke tahap metodologi ‘ilmiah.’ Bukan hanya itu, Westernisasi ilmu juga telah menjadikan keraguan sebagai alat epistemologi yang sah dalam keilmuan. Menurutnya lagi, Westernisasi ilmu tidak dibangun di atas Wahyu dan kepercayaan agama, namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai etika dan moral yang diatur oleh rasio manusia terus menerus berubah. Naquib Al-Atas bercita-cita ingin menjadikan peradaban Islam kembali hidup dan memiliki pengaruh yang mewarnai peradaban global umat manusia. Karena itu, seluruh hidupnya ia persembahkan bagi upaya-upaya revitalisasi peradaban Islam, agar nilai-nilai yang di masa lalu dapat membumi dan menjadi 'ikon' kebanggaan umat Islam, dapat menjelma dalam setiap lini kehidupan kaum Muslim sekarang ini. Menurut Naquib Al-Attas, Islamisasi ilmu adalah “ the liberation of man first from magical, mythological, animistic, national-cultural tradition, and then from secular control over his reason and his language.” (Islamisasi adalah pembebasan manusia, pertama dari tradisi tahyul, mitos, animisme, kebangsaan dan kebudayaan dan setelah itu pembebasan akal dan bahasa dari pengaruh sekularisme). Gagasan Al-Atas ini disambut baik oleh seorang filosof Palestina bernama Ismail Al-Faruqi pada tahun 1982 dengan bukunya yang berjudul "Islamization of Knowledge", dalam rangka merespon gerakan di Malaysia yang bernama "Malaise of the ummah". Dia mengatakan bahwa jika kita menggunakan alat, kategori, konsep, dan model analisis yang diambil murni dari Barat sekuler, seperti Marxisme, maka semua itu tidak relevan dengan ekologi dan realitas sosial negara Islam, sehingga tidak mampu beradaptasi dengan nilai-nilai Islam, bahkan akan berbenturan dengan etika Islam itu sendiri. Karena itu, dalam pandangannya, pertentangan antara ulama tradisional dan para tokoh reformasi dalam membangun masyarakat muslim dengan ilmu modern dan kategori profesional tidak akan terlaksana tanpa dibarengi dengan usaha keras menerapkan etika Islam dalam metodologi para filosof muslim awal. Karena itu, dia menganjurkan agar melakukan revisi terhadap metode-metode itu dengan menghadirkan kembali dan mengintegrasikan antara metode ilmiah dengan nilai-nilai Islam. Pada akhir abad 20-an, konsep Islamisasi ilmu juga mendapatkan kritikan dari kalangan pemikir Muslim sendiri, terutama para pemikir Muslim kontemporer seperti Fazlur Rahman, Muhsin Mahdi, Abdus Salam Soroush, Bassam Tibbi dan sebagainya. Menurut Fazlur Rahman, ilmu pengetahuan tidak bisa diislamkan karena tidak ada yang salah di dalam ilmu pengetahuan. Permasalahannya hanya dalam hal penggunaannya. Menurut Fazlur Rahman, ilmu pengetahuan memiliki dua fungsi ganda, seperti “senjata bermata dua” yang harus digunakan dengan hati-hati dan bertanggung-jawab, sekaligus sangat penting menggunakannya secara benar ketika memperolehnya. Menurutnya, ilmu pengetahuan sangat tergantung kepada cara menggunakannya. Jika orang yang menggunakannya baik, maka ilmu itu akan berguna dan bermanfaat bagi orang banyak, tetapi jika orang yang memakainya tidak baik, maka ilmu itu akan membawa kerusakan. Tampaknya Fazlur Rahman menolak konsep dasar bahwa ilmu pengetahuan itu sendiri telah dibangun di atas pandangan-hidup tertentu. Dia juga tidak percaya bahwa konsep mengenai Tuhan, manusia, hubungan antara Tuhan dan manusia, alam, agama, sumber ilmu akan menentukan cara pandang seseorang terhadap ilmu pengetahuan. Selain itu, pemikiran sekular juga telah hinggap dalam pemikiran Fazlur Rahman. Pada umumnya, para pengkritik Islamisasi ilmu berpendapat sains adalah mengkaji fakta-fakta, objektif dan independen dari manusia, budaya atau agama, dan harus dipisahkan dari nilai-nilai. Abdus Salam misalnya, menyatakan: “Hanya ada satu sains universal, problem-problemnya dan bentuk-bentuknya adalah internasional dan tidak ada sesuatu seperti sains Islam sebagaimana tidak ada sains Hindu, sains Yahudi atau sains Kristen.” Dilihat dari pernyataan Abdus Salam di atas menunjukkan, bahwa tidak ada istilah sains Islam. Abdus Salam, sebagaimana para pemikir Islam sekular lainnya, tidak sepakat jika pandangan-hidup Islam menjadi dasar metafisis dalam pengembangan sains. Padahal, menurut Prof. Alparslan Açikgenç, pemikiran dan aktifitas ilmiah dibuat di dalam pandangan-hidup saintis yang menyediakan baginya struktur konsep keilmuan tertentu sebagaimana juga panduan etis. Seorang saintis akan bekerja sesuai dengan perspektifnya yang terkait dengan framework dan pandangan-hidup yang dimilikinya. Abdul Karim Sorush juga mengajukan kritik terhadap konsep islamisasi ilmu. Ia menyimpulkan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan adalah tidak logis atau tidak mungkin (the impossibility or illogicality of Islamization of knowledge). Alasannya, realitas bukan Islami atau tidak Islami. Kebenaran yang ada di dalamnya juga bukan ditentukan apakah ini Islami atau tidak Islami. Oleh sebab itu, sains sebagai proposisi yang benar, bukan Islami atau tidak Islami. Para filosof Muslim terdahulu tidak pernah menggunakan istilah filsafat Islam. Istilah tersebut adalah label yang diberikan oleh Barat (a western coinage). Ringkasnya, dalam mengkritik konsep islamisasi ilmu pengetahuan ini, Abdul Karim Sorush menyatakan; (1) metode metafisis, empiris atau logis adalah independen dari Islam atau agama apa pun. Metode tidak bisa diislamkan; (2) Jawaban-jawaban yang benar tidak bisa diislamkan. Kebenaran adalah kebenaran itu sendiri dan tidak bisa diislamkan; (3) Pertanyaan dan masalah yang diajukan dalam sains adalah untuk mencari kebenaran, meskipun diajukan oleh Non-Muslim; (4) Metode yang digunakan dalam sains juga tidak bisa diislamkan. Dari pandangan Abdussalam di atas, seakan-akan dia memandang bahwa realitas adalah perubahan. Ilmu pengetahuan dibatasi hanya kajian terhadap fenomena yang berubah. Padahal, realitas adalah tetap dan berubah. Seperti yang dikatakan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas, "reality is at once both permanence and change, not in the sense that change is permanent, but in thes sense that there is something permanent whereby change occurs." Berbeda dengan Abdussalam Soroush di atas, Bassam Tibi mengatakan bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan berarti akan melakukan pribumisasi (indigenization) ilmu. Tibi memahami Islamisasi ilmu sebagai tanggapan dunia ketiga kepada klaim universalitas ilmu pengetahuan Barat. Islamisasi adalah menegaskan kembali (nilai-nilai) lokal untuk menentang ilmu pengetahuan global yang menginvasi. Namun, sependapat dengan Wan Mohd Nor Wan Daud yang menyatakan bahwa pemahaman Bassam Tibi tentang Islamisasi sebagai pribumisasi yang terkait dengan lokal tidaklah tepat. Islamisasi bukanlah memisahkan antara lokal menentang universal ilmu pengetahuan Barat. Pandangan Bassam Tibi terhadap Islamisasi ilmu muatannya lebih politis dan sosiologis. Hanya karena ummat Islam berada di dalam dunia berkembang dan Barat adalah dunia maju, maka gagasan Islamisasi ilmu merupakan gagasan lokal yang menentang gagasan global. Padahal, munculnya Islamisasi ilmu pengetahuan disebabkan perbedaan pandangan-alam antara Islam dan agama atau budaya lain yang berbeda. Islamisasi bukan saja mengkritik budaya dan peradaban global Barat. Ia juga mentransformasi bentuk-bentuk lokal, etnik supaya sesuai dengan pandangan-alam Islam. Islamisasi adalah menjadikan bentuk-bentuk budaya, adat, tradisi dan lokalitas universal agar sesuai dengan agama Islam yang universal. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, secara historis, proses islamisasi ilmu telah berlangsung sejak kemunculan Islam itu sendiri, yaitu sejak masa Rasulullah saw. hingga sekarang, dengan bentuk, metode dan ruang lingkupnya sendiri-sendiri, meskipun juga mendapatkan kritik di sana-sini. Akan tetapi, gagasan islamisasi ilmu suatu “revolusi epistemologis” yang merupakan jawaban terhadap krisis epistemologis yang melanda bukan hanya dunia Islam tapi juga budaya dan peradaban Barat sekular. B. Kerangka Filosofis: Kritik atas Epistemologi Barat Rifa Fauziyah dalam tulisannya yang berjudul "Islamisasi Ilmu Kontemporer", menegaskan bahwa gagasan Islamisasi ilmu di kalangan pemikir Muslim merupakan program epistemologi dalam rangka membangun (kembali) peradaban Islam. Hal ini disebabkan adanya perbedaan yang fundamental antara pandangan keilmuan dalam Islam dengan peradaban Barat pada tataran ontologi dan epistemologi. Pada sisi ontologi, Barat modern hanya menjadikan alam nyata sebagai objek kajian dalam sains, sehingga pada gilirannya mereka hanya membatasi akal dan panca indra (empiris) sebagai epistemologinya. Hal itu tidaklah ganjil mengingat perkembangan ilmu dan dinamisasi peradaban di Barat bergeser dari satu titik ekstrim ke titik ekstrim lainnya. Sejarah pertentangan antara gerejawan dengan ilmuan; pergumulan yang tak harmonis melibatkan pemuka agama Kristen dengan para saintis di Eropa pada Abad Pertengahan (Dark Age) telah melahirkan desakan pencerahan pemikiran yang dikenal dengan Renaissance/Enlightenment/Aufklarung, masing-masing di Italia, Prancis, Inggris dan Jerman. Keterkungkungan kaum gerejawan yang dianggap menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dengan mengimani Bible yang telah banyak diselewengkan, hingga inkuisisi Galileo Galilea yang berpandangan Heliosentris (matahari sebagai pusat tata surya) dan bukan sebagaimana diyakini pemuka gereja yang Geosentris (bumi yang menjadi pusat tata surya), justru dijawab para ilmuwan Barat di masa pencerahan dengan “sekularisasi”. Mereka menanggalkan agama karena agama dianggap telah menghadang perkembangan sains dan pengetahuan. Inilah yang dimaksud dengan perpindahan dari satu titik ekstrim ke titik ekstrim lainnya tadi. Akibatnya epistemologi Barat modern-sekuler melahirkan faham-faham semisal eksistensialisme, materialisme, ateisme, empirisme, rasionalisme, kapitalisme, liberalisme, sosialisme, humanisme, relativisme, agnostisme, dan sebagainya. Hal itu bermula ketika Bapak filsafat modern--René Descartes (m. 1650)-- memformulasi sebuah prinsip “aku berfikir maka aku ada” (cogito ergo sum). Dengan prinsip ini, Descartes telah menjadikan rasio sebagai satu-satunya kriteria untuk mengukur kebenaran. Penekanan terhadap rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu juga dilakukan oleh para filosof lain seperti Thomas Hobbes (m. 1679), Benedict Spinoza (m. 1677), John Locke (m. 1704), George Berkeley (m. 1753), Francois-Marie Voltaire (m. 1778), Jean-Jacques Rousseau (m. 1778), David Hume (m. 1776), Immanuel Kant (m. 1804), Georg Friedrick Hegel (m. 1831), Arthur Schopenhauer (m. 1860), Soren Kierkegaard (m. 1855), Edmund Husserl (m. 1938), Henri Bergson (m. 1941), Alfred North Whitehead (m. 1947), Bertrand Russell (m. 1970), Martin Heidegger (m. 1976), Emilio Betti (m. 1968), Hans-Georg Gadamer, Jurgen Habermas, dan lain-lain. Pada zaman modern, filsafat Immanuel Kant sangat berpengaruh dalam membangun kerangka keilmuan Barat. Kant menjawab keraguan terhadap ilmu pengetahuan yang dimunculkan oleh David Hume yang skeptik. Menurut Kant, pengetahuan adalah mungkin, namun metafisika adalah tidak mungkin karena tidak bersandarkan kepada panca indera. Dalam pandangan Kant, di dalam metafisika tidak terdapat pernyataan-pernyataan sintetik-a priori seperti yang ada di dalam matematika, fisika dan ilmu-ilmu yang berdasar kepada fakta empiris. Kant menamakan metafisika sebagai ilusi transendent (a transcendental illusion). Menurut Kant, pernyataan-pernyataan metafisis tidak memiliki nilai epistemologis (metaphysicial assertions are without epistemological value). Pandangan Kant ini semakin mendapat tempat dalam epistemologi Barat modern-sekular setelah didukung oleh filsafat dialektika Hegel (m. 1831), yang terpengaruh dengan pemikiran Kant. Bagi Hegel, pengetahuan adalah on-going process, di mana apa yang diketahui dan aku yang mengetahui terus berkembang: tahap yang sudah tercapai dalam ilmu pengetahuan akan “disangkal” atau dinegasi” oleh tahap baru. Bukan dalam arti bahwa tahap lama itu tak berlaku lagi, tetapi tahap lama itu dalam cahaya pengetahuan kemudian kelihatan terbatas. Jadi, tahap lama itu tidak benar karena terbatas dan dengan demikian jangan dianggap kebenaran. Tetapi yang benar dalam penyangkalan tetap dipertahankan. Pada babak selanjutnya, epistemologi Barat modern-sekular melahirkan faham ateisme. Bahkan, faham ateisme, menjadi fenomena umum dalam berbagai disiplin keilmuan, seperti filsafat, teologi Yahudi-Kristen, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lain-lain. Adalah Ludwig Feurbach (1804-1872), murid Hegel dan seorang teolog, merupakan salah seorang pelopor faham ateisme di abad modern. Feurbach, seorang teolog, menegaskan prinsip filsafat yang paling tinggi adalah manusia. Sekalipun agama atau teologi menyangkal, namun pada hakikatnya agamalah yang menyembah manusia (religion that worships man). Agama Kristen sendiri yang menyatakan Tuhan adalah manusia dan manusia adalah Tuhan (God is man, man is God). Jadi, agama akan menafikan Tuhan yang bukan manusia. Makna sebenarnya dari teologi adalah antropologi (The true sense of Theology is Anthropology). Agama adalah mimpi akal manusia (Religion is the dream of human mind). Terpengaruh dengan karya Feurbach, Karl Marx (m. 1883) berpendapat agama adalah keluhan makhluk yang tertekan, perasaan dunia tanpa hati, sebagaimana ia adalah suatu roh zaman yang tanpa roh. Agama adalah candu rakyat. Dalam pandangan Marx, agama adalah faktor sekunder, sedangkan faktor primernya adalah ekonomi. Selain itu, Marx memuji karya Charles Robert Darwin (m. 1882) dalam bidang sains, yang menyimpulkan Tuhan tidak berperan dalam penciptaan. Bagi Darwin, asal-mula spesis (origin of species) bukan berasal dari Tuhan, tetapi dari “adaptasi kepada lingkungan” (adaptation to the environment). Menurutnya lagi, Tuhan tidak menciptakan makhluk hidup. Semua spesis yang berbeda sebenarnya berasal dari satu nenek moyang yang sama. Spesis menjadi berbeda antara satu dan yang lain disebabkan kondisi-kondisi alam (natural conditions). Faham ateisme juga berkembang dalam disiplin ilmu sosiologi. Auguste Comte, penemu istilah sosiologi, memandang kepercayaan kepada agama merupakan bentuk keterbelakangan masyarakat. Dalam pandangan Comte, masyarakat berkembang melalui tiga fase teoritis; pertama, fase teologis, bisa juga disebut sebagai fase fiktif. Kedua, fase metafisik, bisa juga disebut sebagai fase abstrak. Ketiga, fase saintifik, bisa juga disebut sebagai fase positif. Karasteristik dari setiap fase itu bertentangan antara satu dengan yang lain. Dalam fase teologis, akal manusia menganggap fenomena dihasilkan oleh kekuatan ghaib. Dalam fase metafisik, akal manusia menganggap fenomena dihasilkan oleh kekuatan-kekuatan abstrak atau entitas–entitas yang nyata yang menggantikan kekuatan ghaib. Dalam fase positif, akal manusia menyadari bahwa tidak mungkin mencapai kebenaran yang mutlak. Pendapat Comte, yang menolak agama, diikuti oleh para sosiolog yang lain seperti Emile Durkheim (m. 1917) dan Herbert Spencer. Agama, tegas Spencer, bermula dari mimpi manusia tentang adanya spirit di dunia lain. Pemikiran ateistik ikut bergema dalam disiplin psikologi. Sigmund Freud (m. 1939), seorang psikolog terkemuka menegaskan doktrin-doktrin agama adalah ilusi. Agama sangat tidak sesuai realitas dunia. Bukan agama, tetapi hanya karya ilmiah, satu-satunya jalan untuk membimbing ke arah ilmu pengetahuan. Kritik terhadap eksistensi Tuhan juga bergema di dalam filsafat. Di dalam karyanya Thus spoke Zarathustra, Friedrich Nietzsche (1844-1900) menulis: “God died; now we want the overman to live.” Dalam pandangan Nietzsche, agama adalah “membuat lebih baik sesaat dan membiuskan” (momentary amelioration and narcoticizing). Bagi Nietzsche, agama tidak bisa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan. Nietzsche menyatakan: “seseorang tidak dapat memercayai dogma-dogma agama dan metafisika ini jika seseorang memiliki metode-metode yang ketat untuk meraih kebenaran di dalam hati dan kepada seseorang.” Menegaskan perbedaan ruang lingkup antara agama dan imu pengetahuan, Nietzsche menyatakan: “Antara agama dan sains yang betul, tidak terdapat keterkaitan, persahabatan, bahkan permusuhan: keduanya menetap di bintang yang berbeda.” Ketika Nietzsche mengkritik agama, ia merujuk secara lebih khusus kepada agama Kristen. Para filosof pasca modernis seperti Jacques Derrida, Michel Foucault, Richard Rorty sering menjadikan pemikiran Neitzsche sebagai rujukan. Jika Nietzsche mengumandangkan God is death, maka Jacques Derrida pada pertengahan abad ke-20 M mendeklarasikan the author is death. Selain melahirkan ateisme, epistemologi Barat modern-sekular telah menyebabkan teologi Kristen menjadi sekular. Pandangan-hidup Kristiani telah mengalami pergeseran paradigma (paradigm shift). Selain itu, jika pada zaman pertengahan (medieval times), agama Kristen adalah sentral dalam peradaban Barat, maka agama tersebut berubah menjadi pinggiran pada zaman modern. Jika pada zaman pertengahan, para teolog Kristen seperti Santo Augustinus (m. 430), Boethius (m. 524), Johannes Scotus Erigena (m. 877), Santo Anselm (m. 1109), Santo Bonavantura (m. 1274) dan Santo Thomas Aquinas (m. 1274) memodifikasi filsafat Yunani kuno supaya sesuai dengan teologi Kristen, maka kini pada abad ke-20, para teolog Kristen seperti Karl Barth (1886-1968), Dietrich Bonhoeffer (1906-1945), Friedrich Gogarten (1887-1967), Paul van Buren (m. 1998), Thomas Altizer, Gabriel Vahanian, William Hamilton, Woolwich, Werner and Lotte Pelz, Harvey Cox[17] dan lain-lain memodifikasi teologi Kristen supaya sesuai dengan peradaban Barat modern-sekular. Mereka menegaskan, ajaran Kristiani harus disesuaikan dengan pandangan-hidup sains modern yang sekular. Mereka membuat penafsiran baru terhadap Bible dan menolak penafsiran lama yang menyatakan ada alam lain yang lebih hebat dan lebih agamis dari alam ini. Mereka membantah peran dan sikap Gerejawan yang mengklaim bahwa Gereja memiliki keistimewaan sosial, kekuatan, dan properti khusus. Mereka harus menafsirkan kembali ajaran agama Kristen supaya tetap relevan dengan perkembangan kehidupan masyarakat modern yang sekular. Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa epistemologi Barat bersandar penuh pada logika positivisme (al-Wadh’iyyah al-Manthiqiyyah) bahwa sumber pengetahuan hanya terdiri dari panca indra (empiris) dan akal, sehingga menurut mereka sesuatu dianggap “ilmu” dan “mengandung kebenaran” manakala bisa dibuktikan dengan menggunakan verifikasi logis dan verifikasi empiris. Dengan demikian, logika positivisme hanya mementingkan wujud alam ini sebagai materi (physic) serta menepikan makna di balik materi (metaphysic). Dalam pandangan pemikir Muslim, untuk mengetahui hakekat realitas tidaklah cukup dengan menggunakan panca indra dan akal saja, tetapi ada dua unsur lain yang telah diketepikan Barat dalam membangun peradabannya, yaitu: wahyu (revelation) serta ilham (intuisi). Akan halnya wahyu, terang merupakan hal yang ditolak oleh Barat seiring munculnya zaman pencerahan. Sedangkan intuisi, meskipun tak dianggap sebagai sumber pengetahuan di Barat, namun beberapa istilah di kalangan saintis semisal kilatan pemikiran (flash of mind) bolehlah dikata “pengakuan tak langsung” akan ilham, yang pada dasarnya juga merupakan sumber pengetahuan. Perbedaan perspektif keilmuan antara Islam dengan Barat ini bermula dari perbedaan ontologis seperti disinggung tadi. Barat hanya membatasi fahamnya tentang wujud alam ini sebagai materi (physic), yang pada gilirannya mencukupkan akal dan panca indra saja sebagai landasan epistemologinya. Sedangkan perspektif keilmuan dalam Islam mementingkan kedua alam: ‘alam ghayb (metaphysic) dan ‘alam syahadah (physic), serta menerima wahyu sebagai sumber ilmu tentang kedua alam itu. Perbedaan tersebut pada akhirnya muncul karena keimanan dan pandangan-hidup (worldview) yang berbeda mengenai realitas akhir. Berangkat dari sini, teranglah bahwa gagasan Islamisasi Ilmu -sebagaimana diistilahkan Al-Attas- merupakan jawaban sekaligus kritik terhadap krisis epistemologi yang melanda tak hanya Dunia Islam, tapi juga budaya dan peradaban Barat. C. Pola Islamiasi Ilmu Bangunan intelektual yang muncul pada peradaban tertentu, biasanya memiliki spektrum yang luas dan tidak bisa dibaca sebagai sesuatu yang tunggal dan serba seragam. Demikian halnya dengan gagasan islamisasi ilmu pengetahuan yang mulai ramai diperbincangkan pada tahun 1970-an. Pada tahap perekembangan mutakhirnya, model islamisasi ilmu pengetahuan yang diajukan oleh berbagai sarjana Muslim dari berbagai disiplin ilmu, bisa dibedakan baik dari sisi pendekatan dan konsepsi dasarnya. Terlebih pula jika melihat konstruk ilmu pengetahuan yang merupakan output dari pendekatan dan konsepsi dasar tersebut. Namun ada beberapa konsep dasar yang menjadi titik persamaan gagasan islamisasi ilmu pengetahuan yang diajukan berbagai sarjana Muslim. Misalnya, jika kita melihat pada dua nama yang cukup berpengaruh di dunia Islam dan dipandang sebagai pelopor gerakan islamisasi ilmu pengetahuan: Syed Muhamamd Naquib al-Attas dan Ismail Raji al-Faruqi. Bagi Al-Atas misalnya, islamisasi ilmu pengetahuan mengacu kepada upaya mengeliminir unsur-unsur serta konsep-konsep pokok yang membentuk kebudayaan dan peradaban Barat, khususnya dalam ilmu-ilmu kemanusiaan. Tercakup dalam unsur-unsur dan konsep ini adalah cara pandang terhadap realitas yang dualistik, doktrin humanisme, serta tekanan kepada drama dan tragedi dalam kehidupan rohani sekaligus penguasaan terhadapnya. Setelah proses ini dilampaui, langkah berikutnya adalah menanamkan unsur-unsur dan konsep pokok keislaman, sehingga dengan demikian akan terbentuk ilmu pengetahuan yang benar; ilmu pengetahuan yang selaras dengan fitrah. Dalam bahasa lain, islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al-Atas dapat ditangkap sebagai upaya pembebasan ilmu pengetahuan dari pemahaman berasaskan ideologi, makna serta ungkapan sekuler. Singkatnya, menurut Al-Attas, sukses tidaknya pengembangan islamisasi ilmu tergantung pada posisi manusia itu sendiri (subjek ilmu dan teknologi). Sementara menurut Ismail al Faruqi, islamisasi ilmu pengetahuan dimaknai sebagai upaya pengintegrasian disiplin-disiplin ilmu modern dengan khazanah warisan Islam. Langkah pertama dari upaya ini adalah dengan menguasai seluruh disiplin ilmu modern, memahaminya secara menyeluruh, dan mencapai tingkatan tertinggi yang ditawarkannya. Setelah prasyarat ini dipenuhi, tahap berikutnya adalah melakukan eliminasi, mengubah, menginterpretasikan ulang dan mengadaptasikan komponen-komponennya dengan pandangan dunia Islam dan nilai-nilai yang tercakup di dalamnya. Dalam deskripsi yang lebih jelas, islamisasi ilmu pengetahuan menurut al-Faruqi adalah “upaya mewujudkan prinsip-prinsip Islam dalam metodologinya, strateginya, dan dalam apa yang dikatakan sebagai data-data, problemnya, tujuan-tujuannya dan aspirasi-aspirasinya.” Terkait dengan ini, maka setiap disiplin ilmu mesti dirumuskan sejak awal dengan mengkaitkan Islam sebagai kesatuan yang membentuk tauhid, yaitu kesatuan pengetahuan, kesatuan kehidupan dan kesatuan sejarah. Ia harus didefinisikan dengan cara baru, data-datanya diatur, kesimpulan-kesimpulan dan tujuan-tujuannya dinilai dan dipikir ulang dalam bentuk yang dikehendaki Islam. Di samping beberapa kesamaan pola dasar islamisasi ilmu pengetahuan sebagaimana dapat dilihat dari paparan di atas, agaknya ada segaris perbedaan di antara Alatas dan al-Faruqi. Al-Faruqi tampaknya lebih bisa menerima konstruk ilmu pengetahuan modern – yang penting baginya adalah penguasaan terhadap prinsip-prinsip Islam yang dengannya sarjana Muslim bisa membaca dan menafsirkan konstruk ilmu pengetahuan modern tersebut dengan cara yang berbeda. Sementara Alatas – disamping pengaruh sufisme yang cukup kuat, antara lain dengan gagasan digunakannya takwil dalam kerangka islamisasi ilmu pengetahuannya– lebih menekankan pada dikedepankannya keaslian (originality) yang digali dari tradisi lokal. Dalam pandangan Alatas, peradaban Islam klasik telah cukup lama berinteraksi dengan peradaban lain, sehingga umat Islam sudah memiliki kapasitas untuk mengembangkan bangunan ilmu pengetahuan sendiri. Tanpa bantuan ilmu pengetahuan barat modern, diyakini dengan merujuk pada khazanahnya sendiri umat Islam akan mampu menciptakan kebangkitan peradaban. Agaknya, perbedaan semacam ini, di samping faktor-faktor personal, yang membuat keduanya memilih mengembangkan gagasannya di lembaga yang berbeda. Jika al-Attas kemudian berkutat di International Institute of Islamic Thoughts and Civilization (ISTAC) yang berbasis di Malaysia, Sementara itu al-Faruqi menyebarkan gagasannya lewat International Institute of Islamic Thoughts (IIIT) yang berbasis di Washington DC, Amerika Serikat. Al-Attas memformulasi dua tujuan pertama dari ISTAC, yaitu: 1. Untuk mengonseptualisasi, menjelaskan dan mendefinisikan konsep-konsep penting yang relevan dalam masalah-masalah budaya, pendidikan, keilmuan dan epistimologi yang dihadapi muslim pada zaman sekarang ini. 2. Untuk memberikan jawaban Islam terhadap tantangan-tantangan intelektual dan kultural dari dunia modern dan berbagai kelompok aliran-aliran pemikiran, agama, dan ideologi. Sedangkan, IIIT mendefinisikan dirinya sebagai sebuah “yayasan intelektual dan kultural” yang tujuannya mencakup: 1. Menyediakan wawasan Islam yang komprehensif melalui penjelasan prinsip-prinsip Islam dan menghubungkannya dengan isu-isu yang relevan dari pemikiran kontemporer. 2. Meraih kembali identitas intelektual, kultural dan peradaban umat, lewat Islamisasi humanitas dan ilmu-ilmu sosial. 3. Memperbaiki metodologi pemikiran Islam agar mampu memulihkan sumbangannya kepada kemajuan peradaban manusia dan memberikan makna dan arahan, sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan Islam. D. Srategi dan Kerangka Kerja Dasar Islamisasi Ilmu Pengetahuan Terdapat beberapa model skematis dalam upaya islamisasi ilmu pengetahuan. Al Faruqi misalnya menggagaskan sebuah rencana kerja dengan dua belas langkah: 1. Penguasaan dan kemahiran disiplin ilmu modern: penguraian kategori 2. Tinjauan disiplin ilmu 3. Penguasaan warisan ilmu Islam: sebuah ontologi 4. Penguasaan warisan ilmu Islam: sebuah analisis 5. Penentuan penyusunan Islam yang khusus terhadap disiplin ilmu 6. Penilaian kritikal terhadap disiplin ilmu modern: hakikat kedudukan pada masa kini. 7. Penilaian kritikal terhadap warisan Islam: tahap perkembangan pada masa kini. 8. Kajian masalah utama umat Islam 9. Kajian tentang masalah yang dihadapi oleh umat manusia 10. Analisis kreatif dan sintesis 11. Membentuk semua disiplin ilmu modern ke dalam rangka kerja Islam: buku teks universitas. 12. Penagihan ilmu yang telah diislamkan Kemudian gagasan tersebut dijadikan lima landasan objek rencana kerja Islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu: 1. Penguasaan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan modern. 2. Penguasaan terhadap khazanah atau warisan keilmuan Islam. 3. Penerapan ajaran-ajaran tertentu dalam Islam yang relevan ke setiap wilayah ilmu pengetahuan modern. 4. Mencari sintesa kreatif antara khazanah atau tradisi Islam dengan ilmu pengetahuan modern. 5. Memberikan arah bagi pemikiran Islam pada jalur yang memandu pemikiran tersebut ke arah pemenuhan kehendak Ilahiyah. Dan juga dapat digunakan alat bantu lain guna mempercepat islamisasi ilmu pengetahuan adalah dengan mengadakan konferensi dan seminar-seminar serta melalui lokakarya untuk pembinaan intelektual. Sementara Al-Attas menguraikan bahwa semua ilmu pengetahuan masa kini, secara keseluruhan dibangun, ditafsirkan dan diproyeksikan melalui pandangan dunia, visi inteletual dan persepsi psikologi dari kebudayaan dan peradaban Barat yang saling berkaitan (inter-related characteristics). Kelima prinsip itu adalah: 1. Mengandalkan kekuatan akal semata untuk membimbing manusia mengarungi kehidupan. 2. Mengikuti dengan setia validitas pandangan dualistis mengenai realitas dan kebenaran. 3. Membenarkan aspek temporal untuk yang memproyeksi sesuatu pandangan dunia sekuler. 4. Pembelaan terhadap doktrin humanisme. 5. Peniruan terhadap drama dan tragedi yang dianggap sebagai realitas universal dalam kehidupan spritual, atau transedental, atau kehiudpan batin manusia, yaitu dengan menjadikan drama atau tragedi sebagai elemen yang riil dan dominan dalam jati diri dan eksistensi manusia. Kelima hal di atas, merupakan prinsip-prinsip utama dalam pengembangan keilmuan di Barat, yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Supaya umat Islam terhindar dari prinsip-prinsip yang menjebak di atas, maka ada empat poin yang harus diperhatikan seorang muslim dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, yaitu: 1. Prinsip-prinsip utama Islam sebagai intisari peradaban Islam, 2. Pencapain sejarah kebudayaan Islam sebagai manifestasi ruang dan waktu dari prinsip-prinsip utama Islam, 3. Bagaimaan kebudayaan Islam dibandingkan dan dibedakan dengan kebudayaan lain dari sudut manifestasi dan intisari, 4. Bagaimaan kebudayaan Islam menjadi pilihan yang paling bermanfaat berkaitan dengan masalah-masalah pokok Islam dan non Islam di dunia saat ini. Renungan ini sangat penting, karena apabila kita memperhatikan secara cermat, pengalaman masa lampau serta rencana masa depan menuju satu arah perubahan yang diinginkan, maka harus dimulai dari rumusan sistem pendidikan yang paripurna. Apa yang telah Al-Attas dan Al-Faruqi paparkan, itu merupakan langkah “dasar” untuk bertahannya peradaban Islam. E. Penutup Demikianlah sekilas pembahasan tentang Islamisasi ilmu pengetahuan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Pada intinya bahwa islamisasi ilmu pengetahuan bertujuan untuk memperoleh kesepakatan baru bagi umat Islam dalam bidang keilmuan yang sesuai dan metode ilmiah tidak bertentangan dengan norma-norma (etika) Islam. Di samping itu, islamisasi ilmu juga bertujuan untuk meluruskan pandangan hidup modern Barat secular, yang memisahkan antara urusan dunia dan akhirat, terutama dalam masalah keilmuan. Islamisasi ilmu merupakan mega proyek yang belum usai dan perlu diteruskan oleh umat Islam kontemporer dari generasi ke generasi, guna menjawab krisis epistimologis yang melanda bukan hanya dunia Islam tetapi juga budaya dan peradaban Barat. UIN Malang merupakan salah satu universitas yang bertanggung jawab dalam mensukseskan mega proyek ini, agar cita-cita Islam sebagai rahmatan lil'alamin dapat benar-benar tercapai. DAFTAR PUSTAKA Açikgenç. Alparslan, Islamic Sciance: Towards a Definition. Kuala Lumpur: ISTAC, 1996. Açikgenç. Alparslan. Holistic Approach to Scientific Traditions, Islam & Science 1 (2003), No. 1. Atas, Syed Muhammad Naquib al-, Islam and the Philosophy of Science, tt. Tp. Atas. Naquib Al-. Islam and Secularism. Kuala Lumpur, ISTAC, Edisi II, 1993. Bonhoeffer, Dietrich . A Testament to freedom: the essential writings of Dietrich Bonhoeffer, editor Geffrey B. Kelly dan F. Burton Nelson. San Fransisco: HarperCollins, 1990. Comte, Auguste, Introduction to Positive Philosophy. Tt. Tp. Cox, Harvey, The Secular City: Secularization and Urbanization in Theological Perspective. New York: The Macmillan Company, 1967. Cox, Harvey, Why Christianity Must be secularized dalam The Great Ideas Today 1967, Chicago: Encyclopaedia Britannica, Inc, 1967. Darwin, Charles, The Origin of Species. New York: New American Library, 1958. Daud, Wan Mohd Nor Wan. The Educational Philosophy. Tt. Tp. Faruqi, Ismail Razi Al-. Aslamiyatul Ma'rifah, Al-Mabadi' Al-'Amah wa Huththatu Al-Amal., diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Abdul Warits Sa'id. Jami'ah Kuwait. Darul Buhuts Kuwait. 1983. Faruqi. Ismail Razi Al-, Islamization of Knowledge. Herdon, VA. IIIT Freud, Sigmund, The Future of an Illusion, editor dan pen. James Strachey, New York: W. W. Norton & Company, 1961. Furbach, Ludwig, The Essence of Christianity, penerjemah George Eliot. New York: Prometheus Books, 1989. Ghazali, Muhammad Ramaizuddin. Islamisasi Ilmu di Malaysia: Satu Analisa Kritis. Tt. Tp. Harnack. Justus, Kant’s Theory of Knowledge, pen. M. Holmes Hartshorne. London: Macmillan, 1968. Mukhlisin Ilyas. Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Tt. Tp. Rahman, Fazlur. Islamization of Knowledge: A Response. The American Journal of Islam and Social Science 5. No. 1. 1988. Robert C. Holub, Friedrich Nietzsche, New York: Twayne Publishers, 1995. Soroush, Abdul Karim. The Possibility of Islamicization of Knowledge. 1997. Suseno, Franz Magnis, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama, 2001. Tibi, Bassam, Culture and Knowledge: The Politics of Islamization of Knowledge as a Postmodern Project? The Fundamentalis Claim to De-Westernization,” Theory, Culture & Society, Jilid. 12. 1995. www. Rifafauziyah.cianjur.web id., Islamisasi Ilmu Kontemporer, tt. www. Wikipedia, com.
KLIPING ATIKEL MENGENAI HAK ASASI MANUSIA | 00.33 |
Filed under:
|
KLIPING ATIKEL MENGENAI HAK ASASI MANUSIA DibimbingOleh: MuhHambali, M.Ag DisusunOlehKelompok 2 kelas B: 1. M. FaizSholeh(10110061) 2. MohYaskun(10110048) 3. Sihabuddin Al Asyimi(10110065) 4. AanAlusi(10110052) 5. Nina Novita Indah W(10110047) 6. RirinNovita Sari(10110042) 7. Rifa’atulMahmudah(10110060) 8. Sifaturrahmah(10110035) FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010 KONSTRIBUSI PENULIS Dalam artikel yang ditulis oleh Abu Rokhmad mengenai “nikah siri dan perlindungi negara” dapat di pahami bahwa sebuah nikah siri di dalam Negara Indonesia inidi larang.Dikarena kan bisaber dampak buruk pad aanak yang akan lahir dari hubungan tersebut. Hal ini sudah di jelaskan dalam UU No 1 tahun 1974, mengenai perkawinan keMahkamah Konstitusi, yang maksudnya nikah itu harus melalui KUA.Dan halinitidakbertentangandengan HAM.Karenapemenuhandanperlindungan HAMseseorangharustundukkepadahukum yang berlaku. Sebab, HAM tanpahukumakanmengacaukantatanankehidupan yang bisamenyebabkanhukumrimba. Memangbenar Negara wajibmelindungisetiapwarga Negara, termasukmereka yang nikahsiridananak-anak yang dilahirkannya.Namunmemberikanhukumanbagisetiap orang yang melanggaradalahbagiantugas Negara untukmelindungiwarga Negara lainnya.Dari sinikitatahubahwanikahsiriituberisikobesarpadaanak-anak yang tidakberdosa.Merekaterancamtidakdiakuisebagaiketurunanayahnya. Sedangdalamartikel yang dibuatolehHasibullahSatrawi yang berjudul “Intoleransiketerorisme”.Diameneliti Negara kitadenganistilah “senang-senangsedih” yang sangatcocokuntukmelukiskankondisikeberagamaan di Indonesia.Penulismengharapkanmasalahinicepatdiatasi, karenainimerupakantantanganseriusbagibangsainikedepan.
Ahmadiyah, Sejak Datang Sudah Ditentang | 00.27 |
Filed under:
|
Ahmadiyah, Sejak Datang Sudah Ditentang • Ahmadiyah, Islam atau Bukan? • Mirza Ghulam Ahmad "Sang Mesias" Semenjak kehadirannya di Tapaktuan, Aceh pada tahun 1925, Ahmadiyah di Indonesia mengalami pasang surut. Sejarah mencatat, saat Ahmadiyah tiba di daerah Padang (1926), kelompok ini telah mendapat "perlawanan" dari penganut Islam setempat. Metode dakwahnya yang dikenal lebih rasional dan liberal, membuat kalangan muda tertarik dengan "tawaran" Ahmadiyah. Di sisi lain, kehadiran mubaligh Ahmadiyah, menjadi serupa "ancaman" atas ajaran Islam yang dibawakan oleh para ulama. Bahkan mereka tak segan-segan mengajak berdebat mengenai Islam dengan kalangan ulama Islam yang telah mapan di tempat mereka bermukim. Ahmadiyah yang datang melalui Sumatra dikenal sebagai Ahmadiyah Qadian, lantaran para penyebarnya memang berguru langsung ke tempat Ahmadiyah berasal, yakni di Desa Qadian, Punjab, India. Kelak mereka menamakan diri Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Sementara yang pertama masuk ke Jawa, tepatnya di Yogyakarta pada tahun 1924 disebut Ahmadiyah Lahore karena berpusat di Lahore, Pakistan. Kelak mereka menamakan diri sebagai Gerakan Ahmadiyah Indonesia yang berpusat di Yogyakarta. Penyebar awal faham ini adalah dua mubaligh Ahmadiyah asal India bernama Maulana Ahmad dan Mirza Wali Ahmad Baigh. Perbedaan dan persamaan kedua faham Ahmadiyah tersebut menurut Badan Fikih Islam dalam sidangnya di Jeddah (Saudi Arabia) pada tanggal 10-16 Rabiuts Tsani 1406 H atau bertepatan dengan tanggal 22-29 Desember 1985 M adalah, ajaran pokok Ahmadiyah Qadian ada 4 (empat), yaitu keyakinan bahwa Mirza Ghulamfaham Ahmad adalah : (1) seorang nabi, (2) Isa anak Maryam, (3) Imam Mahdi, dan (4) seorang mujaddid. Sedang ajaran pokok Ahmadiyah Lahore, menolak tiga ajaran pertama tersebut dan hanya meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai mujaddid. Ahmadiyah menemukan puncak kejayaannya di Indonesia terjadi pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Kala itu, dengan terang-terangan Gus Dur menyatakan siap membela warga Ahmadiyah. Namun bulan madu tersebut tak berlangsung lama, Zuhaeri Misrawi, Lulusan Fakultas Ushuludin Universitas Al Azhar, Kairo, yang meneliti Ahmadiyah secara intensif sepanjang lima tahun terakhir ini mencatat, penentangan umat Islam Indonesia terhadap Ahmadiyah paling masif terjadi pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Penentangan yang disertai tindak kekerasan diawali tahun 2005 yang mengakibatkan markas Ahmadiyah di Parung, hancur. Berikutnya,terjadi di Kuningan, Makassar, Lombok Barat, dan wilayah lainnya. Awalnya Pada laman Alislam.org/Indonesia, tertulis, awalnya adalah tiga pemuda dari Sumatera Tawalib - suatu pesantren Islam di Sumatera Barat - meninggalkan negeri mereka untuk melanjutkan sekolah agama. Mereka adalah (alm) Abubakar Ayyub, (alm) Ahmad Nuruddin, dan (alm) Zaini Dahlan. Mereka masih sangat muda sekali saat mereka pergi, yang paling tua baru berusia duapuluh tahun sementara yang paling muda baru berusia enambelas tahun. Semula, mereka merencanakan untuk pergi ke Mesir, karena Mesir sudah lama terkenal sebagai pusat studi Islam. Tetapi para guru mereka di Sumatera Tawalib menyarankan mereka untuk pergi ke India, karena India mulai menjadi pusat pemikiran modernisasi Islam. Mereka berangkat secara terpisah, (alm) Abubakar Ayyub berangkat bersama dengan (alm) Ahmad Nuruddin, sedangkan (alm) Zaini Dahlan menyusul kemudian. Ketiga pemuda itu berkumpul kembali di Lucknow, India. Tidak seorang pun dari ketiganya saat itu menyangka bahwa keberangkatan mereka akan menjadi satu peristiwa monumental terpenting dalam perkembangan Islam di Indonesia, khususnya bagi Ahmadiyah di Indonesia. Ketiga pemuda Indonesia itu segera sampai di Lahore dan sangat terkesan pada ajaran Ahmadiyah yang banyak mengubah berbagai aspek keimanan dan pemahaman mereka akan Islam, meskipun saat itu mereka mendapatinya dari Anjuman Isyaati Islam atau dikenal dengan nama Ahmadiyah Lahore. Segera ketiga pemuda itu mendapati bahwa sumber dari Ahmadiyah adalah dari Qadian, dan sekalipun ditentang dan dilarang oleh Anjuman Isyaati Islam (Ahmadiyah Lahore), ketiga pemuda itu pergi ke Qadian, pusat Jemaat Ahmadiyah yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Ketiga pemuda Indonesia itu melanjutkan studi mereka di Madrasah Ahmadiyah. Tidak lama kemudian mereka merasa perlu membagi ilmu yang telah mereka terima itu dengan rekan-rekan mereka di Sumatera Tawalib. Mereka mengundang rekan-rekan pelajar mereka di Sumatera Tawalib untuk belajar di Qadian. Tidak lama kemudian duapuluh tiga orang pemuda Indonesia dari Sumatera Tawalib bergabung dengan ketiga pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Dua tahun setelah orang Indonesia yang pertama baiat ke dalam Ahmadiyah, pimpinan Ahmadiyah Qadian saat itu, Hadhrat Khalifatul Masih II, pergi ke Inggris untuk menghadiri Seminar Agama-agama di Wembley, kemudian mengadakan kunjungan di Eropa. Setelah Hadhrat Khalifah kembali dari lawatan ke barat, para pelajar Indonesia menginginkan sekali agar negara mereka, Indonesia, mendapatkan pengajaran langsung dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. melalui khalifahnya. Para pelajar kemudian mengundang Hadhrat Khalifatul Masih II dalam suatu jamuan teh, yang di dalamnya (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar Indonesia - menyampaikan sambutan dalam Bahasa Arab, mengungkapkan harapan mereka bahwa sebagaimana Hadhrat Khalifatul Masih II telah mengunjungi barat, mereka mengharapkan Hadhrat Khalifatul Masih II berkenan mengunjungi ke timur, yaitu ke Indonesia. Kemudian, (alm) Maulana Rahmat Ali dikirim oleh Hadhrat Khalifatul Masih II sebagai muballigh ke Indonesia. Pada hari yang dibasahi hujan, pertengahan musim panas tahun 1925, Hadhrat Khalifatul Masih II, Hadhrat Haji Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad memimpin pelepasan (alm) Maulana Rahmat Ali berangkat ke Indonesia. Semenjak itulah, pondasi perkembangan Ahmadiyah Qadian di Indonesia telah diletakkan. Maulana Rahmat Ali tiba pertama kali di Tapaktuan, Aceh. Di sana ada beberapa orang Indonesia yang baiat masuk Ahmadiyah. Tidak lama kemudian Maulana Rahmat Ali berangkat menuju Padang, ibukota Sumatera Barat. Di Padang, titik balik terjadi, banyak kaum intelektual, ulama Islam dan tokoh-tokoh masuk ke dalam Ahmadiyah, demikian pula orang-orang biasa. Dan di Padang-lah pada tahun 1926 Ahmadiyah secara resmi berdiri sebagai suatu jemaat atau organisasi. Pada tahun 1931 Maulana Rahmat Ali berangkat menuju Jakarta, ibukota Indonesia. Dan perkembangan Ahmadiyah semakin cepat, banyak kaum intelektual, orang terpelajar, tokoh-tokoh terkenal dan masyarakat ningrat masuk ke dalam Ahmadiyah. Dan di Jakarta-lah Pengurus Besar Ahmadiyah didirikan dengan (alm) R. Muhyiddin sebagai Ketua pertamanya. Hadhrat Khalifatul Masih II juga mengirimkan beberapa muballigh, dan para pelajar Indonesia yang belajar di Qadian untuk pulang kembali. Tetapi perkembangan itu bukan tanpa perjuangan. Para ulama Indonesia, baik tradisional maupun modernis terus menyerang dan menentang. Banyak perdebatan resmi terjadi antara Ahmadiyah dan ulama Islam lainnya, dan yang terbesar adalah dilaksanakan di Jakarta pada tahun 1933. Kisah Maulana Rahmat Ali Dalam bukunya, "Gerakan Ahmadiyah di Indonesia", Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain meencatat, Sumatra Barat merupakan pusat aktivitas penyebaran Ahmadiyah Qadian sebelum berkembang ke Jawa, meski sebenarnya benih pertama Ahmadiyah pertama ditebar di Tapaktuan, Aceh, pada 1925. Semasa penjajahan, Sumatra Barat berstatus sebagai Karesidenan, Residentie Sumatra's Westkust. Daerah ini dulu sudah termasuk daerah yang cukup penting karena letaknya yang strategis, di mana pantai sebelah Barat Sumatra bagian tengah menjadi daerah penghubung ujung utra dan ujung selatan Sumatra. Daerah pesisirnya (padang laut) menempati posisi strategis sebagai pintu gerbang masuknya segala sesuatu, baik yang bersifat materi maupun ideologi. Itu karena di sana tempo dulu terdapat pelabuhan dagang yang ramai, seperti Air Bengis, Sasah, Pariaman, Painan, Kambang dan Air Haji. Pada masa itu, Indonesia memang banyak didatangi oleh para" pembaharu" Islam. Dalam situasi keagamaan seperti itulah Ahmadiyah yang datang dari India turut mewarnai gerakan keagamaan di Indonesia. Pada tahun 1926, Maulana Rahmat Ali meninggalkan Tapaktuan menuju Padang. Dalam catatan sejarah, di kota ini, atas petunjuk Abdul Azis Shareef yang saat itu belajar di Qadian; Maulana Rahmat Ali tinggal di rumah Daud Bonggo Dirajo yang terletak di Pasarmiskin. Setibanya di Padang, Rahmat Ali mulai melakukan tabligh seperti pada waktu ia tiba di Tapaktuan hingga ke daerah Padang Panjang dan Bukit Tinggi. Namun tabligh Rahmat rupanya mendapat penentangan dari ulama setempat. Akhirnya berdiri sebuah komite yang bernama "KOmite Mencari Hak" yang dipimpin oleh Tahar Sutan Marajo. Tujuannya untuk mempertemukan mubaligh Ahmadiyah dengan ulama Minangkabau. Itu terjadi pada permulaan tahun 1926. Akan tetapi, penyelenggaraan debat tidak jadi dilaksanakan karena pihak alim ulama tidak datang kecuali hanya murid-muridnya saja sehingga para anggota komite merasa kecewa. Reaksi lain, masih di tahun yang sama (1926), ayah Hamka, DR, H Abdul Karim Amrullah, mengecam keras paham Ahmadiyah yang dibawa Rahmat Ali dan menganggap bahwa kaum Ahmadiyah berada di luar Islam. Bahkan lebih tegas lagi, dianggap sebagai kafir. Kecaman tersebut dituangkan dalam tulisannya yang berjudul Al Qaul ash-Shahih. Namun hal itu tidak menghambat perkembangan jemaat Ahmadiyah di Padang. Anggota Ahmadiyah pada awal berdirinya berjumlah 15 orang. Mereka antara lain, Mohammad Taher Sutan Marajo, Daud Gelar Bongso Marajo, dan lain-lain. Dengan demikian, Maulana Rahmat Ali boleh disebut sebagai pembawa paham Ahmadiyah Qadian ke Indonesia bersama pemuda-pemuda Indonesia yang belajar di Qadian. Oleh karena itu, Maulana Rahmat Ali dipandang sebagai perintis Ahmadiyah Qadian di Indonesia yang dalam perkembangannya menjadi sebuah organisasi dengan nama Jema'at Ahmadiyah Indonesia. Setelah berdiri sebagai organisasi di tahun 1929, Maulana Rahmat Ali beserta para pengikutnya kerap mendapat ejekan. Bunyi ejekan yang dilontarkan adalah, "Lore! Lore! Lore!" Sebutan ini berasal dari nama kota Lahore. Rahmat Ali disoraki dengan kata-kata Dajjal, tukang sihir, dan pembawa nabi baru. Meski demikian, Iskandar mencatat, Maulana Rahmat Ali tetap melakukan tabligh ke daerah lain, seperti Bukittinggi, Payakumbuh, dan beberapa daerah lainnya. Dia dibantu oleh M Haji Mahmud yang saat itu baru kembali dari Qadian. Dua Ahmadiyah Bertemu di Jawa Tahun 1931, Rahmat Ali meninggalkan Sumatra menuju Jawa. Akan tetapi dia tidak pergi berdakwah ke Yogyakarta, sebab di sana telah bermukim mubaligh asal India dari paham Ahmadiyah Lahore. Ahmadiyah Lahore sudah lebih dulu dikenal di Jawa, tepatnya di Yogyakarta pada 1924, setahun lebih awal dibanding Ahmadiyah Qadian yang dikenal di Sumatra atau dua belas tahun setelah Muhammadiyah berdiri. Informasi mengenai kedatangan Ahmadiyah Lahore di Jawa tidak sejelas kedatangan Ahmadiyah Qadian di Sumatra. Kedatangan dua orang mubaligh dari Hindustan, Maulana Ahmad dan Mirza Wali Ahmad Big, tak begitu jelas siapa yang mengundangnya. Menurut sebuah sumber, Wali Ahmad Baigh sebenarnya ingin ke Manila, namun karena tidak ada biaya hidup yang cukup ia terpaksa tinggal di Indonesia. Jika Ahmadiyah Qadian dikenal lebih progresif yang terang-terangan siap melakukan perdebatan dengan kaum muslimin, mubalig Ahmadiyah Lahore dalam penampilannya menampakkan kerendahan hati. Sasaran awalnya hanya sekelompok pemuda melalui pengajaran bahasa Inggris. Sasaran berikutnya baru masyarakat Islam Jawa, khususnya dari kalangan Muhammadiyah. Ahmadiyah Lahore secara umum dipandang tidak begitu kontroversial jika dibanding dengan ajaran Ahmadiyah Qadian. Ahmadiyah Lahore tidak memperkenalkan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, tetapi hanya sebagai mujaddid, serta tidak memandang kafir terhadap orang di luar Ahmadiyah. Pada awal kemunculannya, kedua aliran tersebut dapat menarik simpati, khsusnya di kalangan kaum muda. Ini disebabkan karena kajian Islam yang ditawarkan lebih modern, dalam arti lebih rasional dan liberal, meski dalam perjalanannya tetap menimbulkan konflik dan mendapat perlawanan keras dari kaum muslimin. Menurut Arnold J. Toynbee dalam bukunya A Study of History, tidaklah dapat dimungkiri bahwa kehadiran Ahmadiyah di Indonesia merupakan sebuah tantangan bagi umat Islam Indnesia, khsusnya para ulama dan tokoh-tokoh Islam. Apalagi setelah ada respons dari sebagian masyarakat Islam yang menyatakan diri mengikuti paham Ahmadiyah. Salah satu respons positif muncul dari H.O.S Tjokoroaminoto. Meskipun Muhammadiyah telah mengambil jarak dan telah mengambil sikap tegas terhadap Ahmadiyah, namun hubungan Tjokroaminoto dengan Wali Ahmad Baig tetap berjalan baik. Bahkan konon, telah ada pembicaraan persahabatan secara tertutup yang mengakibatkan Muhammadiyah meminggirkan Sarekat Islam dan H.O.S Tjokroaminoto. Ahmadiyah akhirnya berkembang di tanah Jawa, mulai dari Yogyakarta, Purwokerto, Wonosobo, Tasikmalaya, Garut, Surabaya, Bogor, Jakarta, dan daerah lainnya. Ahmadiyah dari waktu ke waktu Periode 1950-an merupakan periode perkembangan cepat namun juga periode yang penuh kepahitan bagi Ahmadiyah. Para pemberontak DI/TII, membantai beberapa orang Ahmadiyah di Jawa Barat. Kesalahan mereka hanyalah bahwa mereka tetap teguh dalam keimanan mereka, menolak untuk keluar dari Ahmadiyah. Pada tahun 1953, pemerintah mengesahkan Jemaat Ahmadiyah sebagai badan hukum dalam Republik Indonesia. Organisasi ini berbadan hukum dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953). Ini membuka pintu tabligh lebih besar lagi. Pengaruhnya tampak pada tahun 1950-1970 ketika banyak tokoh negara yang sangat akrab dengan Ahmadiyah dan dekat dengan orang-orang Ahmadiyah. Sebagaimana upaya-upaya negara-negara Islam untuk menghancurkan Ahmadiyah melalui Rabithah Alam al Islami semakin menjadi-jadi di awal 1970-an, para ulama Indonesia mengikuti langkah mereka. Maka ketika Rabithah Alam al Islami menyatakan Ahmadiyah sebagai non muslim pada tahun 1974, sebagaimana Majelis Nasional Pakistan melakukan hal yang sama, para ulama Indonesia juga terang-terangan tak menyukai Ahmadiyah. Sejak saat itu, Jemaat Ahmadiyah Indonesia menghadapi berbagai hambatan dan halangan dalam perkembangannya, baik dalam bidang tabligh maupun dalam bidang tarbiyat. Tahun 1974, MUI memberikan fatwa sesat terhadap Ahmadiyah. Halangan dan rintangan tersebut oleh kaum Ahmadiyah dimaknai sebagai penggenapan nubuwatan Nabi Muhammad s.a.w. bahwa para pengikut Imam Mahdi - pengikut sejati Rasulullah s.a.w. di akhir zaman - akan menghadapi keadaan yang sama dengan para sahabat Rasulullah s.a.w., sebagaimana disebutkan dalam Al Quran Surah Al Jumu’ah: 3-4. Periode 1980-an adalah periode perjuangan sekaligus penekanan dari pemerintah dan para ulama. Banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa. Majelis Ulama Indonesia merekomendasikan kepada pemerintah untuk menyatakan Ahmadiyah sebagai non-Islam. Banyak Ahmadi yang menderita serangan secara fisik. Selanjutnya MUI menetapkan Ahmadiyah sebagai aliran sesat. Periode 1990-an menjadi periode perkembangan pesat Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Perkembangan itu menjadi lebih cepat setelah Hadhrat Khalifatul Masih IV atba, Hadhrat Tahir Ahmad, mencanangkan program Baiat Internasional dan mendirikan Moslem Television Ahmadiyya (MTA). Tahun 1999 saat Abdurrahman Wahid menjadi presiden keempat Republik Indonesia, Ahmadiyah seperti mendapat bapak asuh yang melindungi mereka. Secara terbuka Gu Dur, pangilan akrab Abdurrahman Wahid siap membela kaum Ahmadiyah dari "serangan" umat Islam yang tak sepakat dengan ajaran Ahmadiyah. Tahun 2000 warga Ahmadiyah berhasil menggapai mimpi lamanya untuk mendatangkan pimpinan Ahmadiyah internasional yag berkedudukan di London, Inggris, ke Indonesia. Pimpinan tertinggi Ahmadiyah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad ke Indonesia datang dari London menuju Indonesia. Ketika itu dia sempat bertemu dan mendapat sambuatan baik dari Presiden Republik Indonesia, Abdurahman Wahid dan Ketua MPR, Amin Rais. Tahun 2005, MUI menegaskan kembali fatwa sesat kepada Ahmadiyah. Akibatnya, banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa. Selain itu, banyak Ahmadi yang menderita serangan secara fisik. Atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung pada tanggal 9 Juni 2008 telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang memerintahkan kepada penganut Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya yang bertentangan dengan Islam. Penyerbuan yang menimpa warga Ahmadiyah di Kampung Peundeuy, Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, Ahad (6/2) pukul 10.45 yang mengakibatkan tewasnya tiga orang warga Ahmadiyah adalah peristiwa tragis paling aktual, setelah sebelumnya basis-basis mereka di Parung, Lombok Barat, Makassar, dan tempat-tempat lainnya diobrak-abrik massa.